Minggu, 12 Januari 2014

Cinta Rasa Coklat Vanilla

Saat itu aku duduk di bawah langit-langit teras rumah bersandarkan tembok yang kian merapuh dan beralaskan tikar tipis yang berwarna coklat, serasa manis jika ditemani sepotong kupkeik vanila dan secangkir susu coklat yang hangat. Sore itu benar-benar terasa sungguh menawan saat pemandangan menakjubkan tampak bersinar di ujung pandanganku yang seakan menghiasi hatiku yang sedang pilu.
Memang saat ini adalah saat menyenangkan dalam situasi apapun selebihnya ada moment dimana kamu di temani merpati-merpati putih yang cantik, tapi gak kalah cantik kok dengan perempuan disampingku, namanya Nindy teman bermainku saat menikmati saat-saat indah ini. Manis sih semanis kupkeikku. Tapi Nindy begitu menyenangkan untuk diajak bicara apalagi curhat-curhatan sambil santai begini serasa berada dipantai ditemani sang bidadari cantik.
“jadi, kemana kamu akan pergi liburan kali ini” itu kata Nindy.
“aku belum tau, memang layaknya anak kecil yang selalu senang setiap kali pergi berlibur, walau gak pernah tau orang tua mereka mengajaknya kemana” itu kataku sembari ku teguk susu coklatku.
“seperti kebanyakan orang mengatakan liburan itu moment yang menyenangkan mereka bahkan tidak peduli seberapa sibuk urusan mereka sampai-sampai mereka lupa akan tugas-tugas mereka karena keasikan liburan” Nindy seakan menambahkan perkataanku.
“lalu kau sendiri bagaimana?” aku balik menanyanya
“aku ingin dirumah saja sudah bosen rasanya kemana-mana terus cape yahh, aku ingin meneruskan tulisanku yang belum selesai” kata Nindy.
Langit seakan menyaksikan percakapan kami sore itu memang langit mendukung sekali saat ku bersantai itu, membuatku bersemangat menulis cerita ini tapi mungkin karena ada Nindy yang juga menikmati hari ini. kebetulan Nindy juga seorang penulis cerpen remaja, dia paham betul bagaimana karakter seorang remaja yang sedang melanda negri kita ini, beberapa kisahnya terlahir dari pengalaman sendiri tapi itulah yang membuatku kadang kagum dengan ceritanya yang bagus yang saat itu aku dan dia pernah memenangkan “lomba membuat cerpen dan puisi” sewaktu disekolah. Aku masih ingat betul cerita kami itu, judulnya “Serdadu Kumbang Senja” karyaku, “Terbanglah Kupu-Kupuku” karya Nindy dan “Cinta Rasa Coklat Vanilla” karyaku bersama Nindy. Itu salah satu karya terbaik kami saat itu. 
“aku ingat, saat kita memenangkan lomba cerpen waktu disekolah, ya walaupun gak sehebat dan terkenal penulis-penulis yang handal tapi seengganya aku terkesan, bagaimana menurutmu Nin?” kataku sambil menatap ke arah awan.
“yah, memang mengesankan, banyak kisah menarik yang bisa ku tuangkan didalamnya, sebuah kisah hidup seorang yang rela mempertahankan hidupnya itu demi kisah cintanya, dan pengalamanku juga kadang tersirat di dalamnya” Nindy sedikit terkesan
“apa yang membuatmu begitu terkesan” aku mencoba merayunya.
Lalu Nindy mengutip sebuah cerpen kami dengan gayanya yang menawan seakan kupu-kupu menari diatas bunga meragakan sebuah gerakan gerakan indah selaya orang yang sedang berpuisi. Aku tau Nindy begitu imajinatif sampai sampai gaya bicaranya pun seperti orang puitis.
“kau ingat, saat gadis itu tersenyum menatap beberapa helai kain cinta ia seakan terlahir kembali menjadi sebuah permadani indah yang selalu membawanya ke tempat yang ia bilang itu taman, karena disitu ia dikenangkan ” Nindy menceritakan kutipan cerita itu. 
“owh iya, lalu gadis itu pergi dan berlari membawa keranjang merah dan berteduh dibawah pohon yang kusebut itu Pohon coklat seakan coklat-coklat itu berjatuhan melengkapi kisah cintanya” aku melanjutkan cerita itu, walau hanya seingatku saja aku kembali teringat cerita itu.
“terus, laki-laki itupun terbangun dari mimpinya dan memetik sebuah vanila yang ia temukan diujung dahannya karena memang itu vanila yang bagus untuk ia bekalkan agar melengkapi kisah cintanya” Nindy kembali melanjutkan ceritanya.
“apa selanjutnya, hati merekapun bimbang dan tak menentu saat mereka sadar cintanya itu yang menyatukan dua rasa itu menjadi rasa yang ku sebut itu cinta, seakan jauh tapi mendekat seakan dekat akan ku peluk, lalu mencampurnya menjadi cinta yang indah” ku teruskan ceritanya.
“ini selanjutnya, dan akhirnya mereka bertemu dibawah hempasan angin sejuk yang menyambut cinta mereka dan pohon itu yang menjadi saksi saat gadis itu memberikan coklatnya kepada laki-laki itu dan laki-laki itupun memberikan vanilanya kepada gadis itu hingga mereka bersatu menjadi rasa yang indah” Nindy menceritakan endingnya.
   Aku dan Nindy hanya tertawa mengenang cerita kami itu. begitu asik dan menyenangkan saat kita mengenang cerita-cerita lalu yang pernah kita ciptakan bersama sahabat atau teman kita. Itu yang aku rasakan bersama Nindy. Entah apa yang ada dipikiran Nindy begitu semangat menemaniku sore itu yaa memang harus ku akui itu memang membuatku bergairah. Kami seperti pasangan kekasih yang sedang berbulan madu dibawah langit senja disuguhkan pemandangan sunset yang luarbiasa indahnya, siapa sih yang mau melewatkan saat saat itu. tapi kami hanya berteman baik saja karena aku tau Nindy sudah ada yang punya dan aku juga tidak mau pertemanan kami rusak hanya karena cinta cintaan yang gak jelas.
“sepertinya ini sudah mau gelap, aku mau pulang saja” Nindy bangkit dari duduknya
Memang sunset ini sudah berlalu yang menunjukan saat malam telah tiba.
“ia benar sebentar lagi malam dan aku pun harus menyiapkan bahan tulisan yang baru” aku pun segera membereskan tempat itu.
“yaudah sampai nanti yahh, dahh” Nindy melambaikan tangannya lalu pulang
“daah,..” aku membalas lambaian tangannya.
Kubereskan cangkir susuku yang telah habis ku teguk dan sepotong kupkeikku habis ku makan bersama Nindy karena keasikan mengobrol kami pun tak terasa siang akan berganti malam. Cerita “Cinta Rasa Coklat Vanila” ini sebenarnya menceritakan dua kisah kekasih yang ingin berbagi kasih satu sama lain. Dan saat aku dan Nindy membuatnya itu pun tentang kami berdua karena Nindy suka dengan Vanila dan aku suka dengan Coklat maka aku beri nama cerita kami ini “Cinta Rasa Coklat Vanilla.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar