Selasa, 21 November 2017

Kisah Luka-Luka Andri – Episode Erna


          Ketika kamu merasa luka-luka karena patah hati, tidak ada antibiotik yang dapat menyembuhkan luka dengan cepat. Kamu hanya perlu menunggu hingga waktu menyembuhkan sendiri luka-luka tersebut kecuali kamu memilih untuk jatuh cinta kembali, namun tidak akan menghilangkan luka yang ada. Luka yang lama akan berganti luka yang baru ketika kamu gagal untuk jatuh cinta kembali.

                In memorian 2010      

Kali ini kehidupan baru dimulai. Tantangan baru pun bertambah. Saya melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Umum. Perlahan luka saya yang lalu mengering dan bersiap untuk menggantikannya dengan kisah yang menyenangkan. Pada tahun sebelum 2010 masuk ke sekolah negeri merupakan prestasi yang membanggakan apalagi jika mendapat rangking dan juara di sekolah sebelumnya. Saya bersyukur bisa masuk di salah satu SMU negeri di Kota Bogor.  Meski saya bukan termasuk anak pintar, namun keberuntungan masih berpihak pada saya, karena banyak anak yang pintar malah tidak diterima di sekolah yang diimpikan.

Sekolah baru, lingkungan baru, teman baru, tentunya harus ada kisah cinta baru yang harus menjadi pengalaman. Masa asmara anak SMU tak beda jauh dengan masa SMP, seperti rumusan klasik dimana cinta cinlok adalah rumusan yang mainstream terjadi lingkungan SMU. Namun tidak sedikit pula ada kisah antar sekolah yang ujung-ujungnya biasanya berakhir dengan tawuran. Ngomong-ngomong soal tawuran, tingkat tawuran SMU/SMK/sederajat pada masa saya lebih tinggi dibanding anak SMP. Hal ini dikarenakan tingkat kelabilan dan terpengaruhnya dari lingkungan liar semakin besar terjadi di masa SMU. Hal ini yang mengakibatkan banyak korban berjatuhan di masa pubertas yang amat sangat labil.Namun untungnya, saya tobat untuk melakukan hal-hal kenakalan yang berakibat parah.

Minggu, 12 November 2017

Kisah Luka-Luka Andri – Episode Clarista


Kamu tahu ada berapa luka-luka pernah bersemayam dalam kisah-kisah saya? Dan siapakah first love dalam kisah-kisah ini? Kamu bisa menjawab dengan menebaknya setelah kamu berada pada kisah di episode terakhir..

pengantar yang membosankan. Kamu bisa skip membaca ini hingga pada kisah-kisah luka yang saya ceritakan.

Saya pernah berencana untuk menulis kisah-kisah sendu tentang luka karena patah hati. Tentunya sebelum kisah-kisah berikut ini ada. Menulis kisah-kisah luka menurut saya mudah-mudah susah, karena ketika saya merubah kisah-kisah yang berada di kepala menjadi sebuah tulisan, luka-luka lama yang terbawa kembali hidup dan menghantui pikiran saya untuk bercerita, rasanya seperti kesetrum aliran listrik 12 volttidak terlalu tinggi namun cukup membuat saya terkejutdan membuat kepala saya menggelitik. Secara mendadak membuat pori-pori saya terbuka bak stomata pada daun yang mengeluarkan oksigen.

            Kisah luka ini adalah kisah nyata pengalaman saya. Kisah percintaan seorang remaja yang terjebak dalam kehidupan lingkaran asmara. Saya yakin beberapa dari kamu pernah mengalaminya sama seperti saya. Luka hati terjadi akibat kisah cinta yang berakhir. Selalu seperti itu. Saat masa pacaran, tidak ada kisah cinta yang tidak berujung luka hati. Semakin banyak seseorang memiliki kisah-kisah luka semakin bertambah pula kemampuannya dalam mencoba untuk jatuh cinta kembali. Luka hati akan berakhir pada kisah pengalaman percintaan seseorang dengan mantan kekasihnya. Namun, Luka hati tidak selamanya terjadi setelah pacaran, ada juga karena gagalnya mendapatkan cinta.

            Berbicara tentang mantan, saya ingin bercerita kisah luka-luka ini dengan sosok mantan-mantan. Mantan kekasih, mantan gebetan, mantan teman tapi sayang-sayangan, sampai mantan kakak-adean yang ketemu gede. Meski untuk sebagian kamu mengganggap mantan adalah sosok yang menakutkan, tidak bagi saya.

            Mantan itu adalah alumni hati. Tanpa mereka saya tidak akan mendapat prestasi dalam pembelajaran selama berkisah cinta. Jadi menurut saya, mereka adalah bagian dari kenangan kita yang sudah diarsipkan dalam memori kita. Ketika pada saatnya kita membutuhkan arsip tersebut untuk suatu hal kita hanya tinggal mendownload dan membukanya dalam berangkas kita, seperti untuk reuni kembali, CLBK, atau untuk dijadikan kartu undangan pernikahan kamu dengan calon pasanganmu. Kalau saya, akan dijadikan bahan baku pembuatan tulisan baru tentang kisah-kisah luka saya.

Saya akan bercerita dengan sederhana dan akan memulai dengan kisah luka pertama.

Jumat, 20 Oktober 2017

Satu Hari yang (Seharusnya) Menyenangkan

Oleh : Andri Mulyahadi

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa.. karena saya masih diberikan umur dan kesehatan di tahun ini..
Hingga saya masih bisa menulis kata-kata ini.

Saya berterimakasih kepada keluarga dan para sahabat yang sudah mengingat dan memberikan kejutan kecil untuk saya. Sebuah hadiah yang luar biasa di hari yang luar biasa ini..

Satu hari yang menyenangkan..
Sebelumnya saya menanti-nanti satu hari yang menyenangkan ini, ketika telah datang ingin rasanya mengisi dan menghabiskan waktu yang menyenangkan dan bahagia, namun hal itu tak berlangsung lama, saya tahu, saya tak bisa meminta waktu untuk berhenti beberapa jam saja, atau beberapa menit untuk berlama-lama. Karena saat saya kehilangan hari ini, saya harus menunggu 365 hari lagi untuk bisa bersenang-senang seharian. Itupun jika Tuhan masih memberi saya kesempatan hidup hingga 365 hari lagi.

Satu hari yang menyenangkan..
Saya membuka kotak surat.. Mungkin Ada banyak pesan yang berdatangan di dalam sana. Semuanya sebuah pesan-pesan bahagia untuk saya. Pesan yang mungkin bisa membuat saya meneteskan air mata bukan karena sedih tapi bahagia.  Pesan yang tak tega untuk saya hapus apalagi dibuang. Jika saja kotak surat itu sebesar kamar, rasanya ingin ku simpan hingga tahun berikutnya. Namun bisa saja saya tak ingin membukanya karena tak ada satu suratpun bersemayam di dalam sana.

Satu hari yang menyenangkan..
Saya teringat seseorang. Dia pernah menemani saya melewati satu hari yang menyenangkan ini, namun itu tahun lalu, bukan maksud saya tahun lalu yang lain, saya lupa pada tahun yang mana. Bayangkan saya melalui hari yang menyenangkan seperti ini sendiri pun gembira apalagi ditemani seseorang,  "satu hari berasa dua hari". Namun hari ini seseorang itu sedang tidak bisa menemani saya, mungkin dia sedang ada keperluan mendadak atau sedang bekerja di luar kota. Setidaknya saya tak ingin berpikiran "seseorang itu sudah lupa".

Satu hari yang menyenangkan.
Saya banyak bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan, mereka tampak gembira dan bahagia, sebuah tawa renyah dan senyuman sudah cukup membuat saya percaya bahwa mereka juga sedang menikmati satu hari yang menyenangkan. Sebuah hal lucu bisa bertemu dengan orang yang juga sedang menikmati hari mereka yang menyenangkan, serunya kita bisa menikmati nya bersama, hanya ada rasa senang, rasa yang lain kita akan mengesampingkan dahulu. Namun itu memang tak selalu ada, terkadang kita tak tahu mana orang yg benar-benar sedang menikmati hari yang menyenangkan ini atau hanya bersembunyi dari wajah senyumnya itu.

Satu hari yang menyenangkan.
Saya berdoa. Saya ingin berdialog dengan Tuhan, saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya karena telah memberikan saya satu hari yang menyenangkan ini. Dengan begitu saya akan libur merasakan sedih, sesal, kecewa, marah. Saya hanya merasakan satu hal saja kesenangan, karena saya tahu Tuhan hanya memberikan ku satu hari saja dalam setahun, satu hari yang menyenangkan. Terimakasih Tuhan hanya Engkau yang mengetahui segalanya.

Satu hari yang menyenangkan..
Saya kembali ke rumah. Waktu saya yang menyenangkan ini tersisa beberapa menit saja. Rasanya ingin sekali mengulangi hari yang menyenangkan ini. Atau minimal tambah satu hari lagi. Namun waktu memang tidak bisa ditawar-tawar, waktu hanya memberikan satu hari yang menyenangkan ini satu kali saja, jika saya ingin lagi harus menunggu tiga ratus hari lebih. Ingin saya memimpikan hari ini tak boleh berakhir karena saya masih menunggu sesuatu yang akan datang, setidaknya di detik-detik terakhir hari ini..
Saya masih menunggu..

Satu hari yang (seharusnya) menyenangkan.. saya bersyukur dengan hari ini karena saya hanya merasakan satu perasaan saja, yaitu senang, tidak lain. Meski saat kamu membaca cerita sederhana ini merasa bersedih atau apapun kecuali senang, berarti kamu sedang mengetahui apa sebenarnya hari yang menyenangkan itu.. namun kali pertama satu hari yang menyenangkan itu aku lewati.. aku bersedih..
Satu hari dimana saat kali pertama aku menjerit dan meneteskan air mata ketika bertemu dengan dunia..

Satu hari ini (sebenarnya)... Sudah hilang..

Jumat, 21 Juli 2017

[REVIEW] FAITH AND THE CITY BY HANUM SALSABIELA RAIS & RANGGA ALMAHENDRA



I didn’t expected to write this review before, because I haven’t feel the energy of love flowing there. But I see, a light from “99 Cahaya di Langit Eropa” was shining into “Faith and The City”. It as a form of my appreciation for best author Mrs. Hanum Salsabiela Rais and Mr. Rangga Almahendra. They have been delivering great stories and experiences to be “Faith and The City.”

Senin, 13 Maret 2017

[Fragmen] Prolog - Ketika HUjan Tak Bersama Cinta


..Potongan novel "Dilemanisme" yang belum selesai---yang mungkin akan saya selesaikan untuk waktu yang tidak sebentar---masih dalam bentuk yang abstrak, masih sedikit liar, dan masih seperti fragmen yang belum utuh. Hal itu karena masih ada cinta yang belum terselesaikan dan luka karena patah hati yang tidak mudah disembuhkan. 

saya pun masih mengadaptasikan apakah novel ini bisa dilanjutkan atau tidak. Saya masih melatih tokoh-tokoh di dalamnya agar bisa menjadi pemeran yang saya harapkan. namun dengan segenap hati saya mencoba membangun jantung cerita ini agar setidaknya bisa berdetak sehingga ketika saya memiliki cukup energi untuk bisa menyatukan antara cinta dan luka akibat patah hati, saya bisa melanjutkannya dengan sepenuh hati.

Maka dari itu, agar bisa membangun itu semua, saya ingin menyimpan fragmen yang tidak kompleks ini dalam bentuk prolog yang sangat singkat.
-Prolog-

Ketika Hujan Tak Bersama Cinta

Tetesan, sejuk, memori, bagian dari kenangan hujan yang selalu datang bersamaan dengan cinta. Tetesan yang jatuh berirama, menyampaikan berjuta makna dan menjadi arti kehadiran hujan. Sejuk yang selalu mengingatkan saat kita melihat cinta berada di balik rintihan hujan itu. Dan kembali membawa cerita, kau, aku dan hujan yang dulu pernah tersirat dalam sebuah memori…

Daun-daun yang berdiskusi dengan angin dan titik-titik air membasahi permukaannya, mereka membuatnya cemburu.

Sesuatu yang ia takutkan kini benar-benar terjadi. Ia berusaha untuk menghindari ketakutan di dalam benaknya, meski rasa itu kini datang menghampirinya. Ia tahu apa yang telah ia lakukan saat itu, tapi itu tak lagi cukup untuk membendung perasaannya. Mengapa waktu terlambat menghadirkan kata “penyesalan” dalam hidupnya. Setidaknya beri sedikit waktu untuknya kembali lagi. Tetapi waktu itu seperti tetesan hujan yang jatuh melintas begitu cepat dan yang pasti takkan mungkin kembali. Dan kini ia teringat ketika hujan tak bersama cinta..

Hujan turun mendahului langkah Revan yang berusaha mengejar Diela keluar dari pintu. Ia menarik lengan Diela yang sejak tadi melepaskan genggaman Revan. Sepertinya hujan itu datang di saat yang tidak tepat, di saat Revan harus menerima apa yang tidak ingin ia terima.
“Apa semua itu kurang jelas.” Ujar Diela.
“Aku tak ingin semua ini berakhir.”
Revan menggenggam telapak tangan Diela dan menatap mata yang telah lelah menunggu.
“Berakhir? memang sudah sampai mana? Bahkan kita tak pernah memulainya?” Diela menahan perasaannya dengan mata yang tajam menatap Revan.
“Ada apa denganmu?” Revan terheran.
Diela perlahan melepaskan genggaman Revan yang masih tersimpan harapan.
“Ada apa denganku? Ada apa denganmu. Apa kamu tak mengerti, Van? Aku sudah bilang kita tak mungkin bisa bersama, apalagi menjalani sebuah hubungan. Itu akan menyakitkan aku, juga kamu”
            “Die, aku… 

          Diela memejamkan matanya sesaat dan mengangkat tangannya tepat di depan wajah Revan.
         “Stop.  sudahlah Van, aku capek mengerti kamu. Tak ada gunanya lagi aku terus bersamamu. Sebaiknya kita tidak usah bertemu lagi. Dan kurasa itu lebih baik” Diela tersenyum tipis menahan bendungan air mata yang hampir tak kuasa lagi ia tahan.

            Diela meninggalkan Revan di bawah rintik hujan. Ia harus melupakan apa yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Berharap hujan ini menjadi saksi kali terakhir ia bertemu dengan Revan. Sebenarnya perasaannya kini begitu menangis saat ia berkata seperti itu. Ia bertanya-tanya mengapa aku begitu jahat kepadanya. “Apakah yang aku lakukan itu menyakitkan hatinya? tapi tak ada lagi yang bisa ku perbuat, semua itu demi kebaikan aku dan dirinya. Dan selanjutnya biarkan Revan bersama hujan ini…”

            Hujan ini perlahan memisahkan Revan dengan perempuan yang begitu ia cintai. Ia membiarkan hatinya terguyur tetesan kecil yang semakin lama semakin deras hingga tak ada sedikit celah pun yang tak tersentuh hujan. Tak ada lagi yang harus ia lakukan selain melihat Diela pergi dari hadapannya, dari hidupnya.

            Hujan yang menyatu dengan air matanya itu seolah menutupi harapan di pelupuk matanya. Seakan-akan ia melihat begitu jauh dari ujung pandangannya, yang semakin lama semakin menjauh hingga berupa sebuah titik terkecil dalam hidupnya.

            Langit yang kelabu dan enggan tersenyum melambangkan suasana hati Revan saat itu. Langit pun bahkan tak ingin menghadirkan mentari di sisinya. Revan merasa langit itu tak seperti dulu yang selalu ceria ketika ia bersama Diela. Tapi kini ia tahu langit lebih suka menghadirkan hujan dari pada mentarinya.

            Apa yang Revan lakukan kepada Diela, hingga Diela begitu membencinya, bukankah cinta memberikan kebahagian saat dua perasaan saling memiliki? Apakah perasaan mereka itu salah hingga tak punya alasan untuk bersatu? Seharusnya cinta membiarkan mereka bersama atau setidaknya biarkan persahabatan mereka tetap terjalin.Tapi mungkinkah hal tersebut bisa terjadi? Antara hujan dan cinta memang selalu menyimpan sebuah misteri.
           


Kamis, 02 Maret 2017

Putri yang Bermimpi



Cerpen : Andri Mulyahadi

            ..Bermimpi, aku menyebutnya bereksplorasi.
         ..Batas antara sadar dan tidak sadar disaat terlelap adalah titik awal bertemunya sebuah mimpi. Setelah melewati fase-Rapid Eye Movement, perlahan aku akan memasuki dunia mimpi, dan aku mulai untuk bereksplorasi.
           ..Mimpi adalah saat dimana kau berada diantara dunia nyata dan maya, dunia tanpa batas ruang dan waktu, tanpa mengenal siapa dan dimana, bahkan bebas untuk bereksplorasi sesukamu. Melukis harapan dan cita-citamu atau bersandiwara dengan jati dirimu. Semua dapat kau lakukan dalam satu waktu, di dalam mimpi..
            ..Tetapi saat kau terlalu asik dalam dunia mimpimu, kau melupakan hal yang berada dalam dunia nyatamu, kau lupa bahwa kau masih punya batasan yang tak bisa kau bawa ke dunia mimpimu, itu mengapa kau tak bisa terus selamanya bermimpi, tak bisa selamanya bereksplorasi..
            ..Tapi aku, bisa melakukannya setiap malam.

Selasa, 28 Februari 2017

Kapan Kali Terakhir Kau Jatuh Cinta?



            Kapan kali terakhir kau jatuh cinta ?
          Tanpa disadari, semakin lama rentan waktu yang dihabiskan untuk menunggu jatuh cinta kembali dan memperbaiki bekas sisa-sisa jatuh cinta dulu, perlahan kau akan lupa bagaimana cara jatuh cinta lagi. Membiarkan sebuah hati menyembuhkan dirinya sendiri dari luka-luka yang pernah membenam di sana. Menyerahkan kepada waktu dan semesta untuk secara otomatis melupakan sebuah kejadian yang mengingatkanmu tentang bagaimana cara jatuh cinta kembali. 

     Namun pada akhirnya semesta akan menipudayamu dan waktu akan membiarkan semua keadaan berjalan apa adanya, hingga kau merasa mereka tidak pernah berpihak padamu. Tidak sama sekali. Dan sampai kau menyadari hal yang tidak pernah kau sadari sebelumnya bahwa kau ingin kembali merasakan jatuh cinta, namun kau tidak tahu bagaimana melakukannya bahkan memulainya.

Sabtu, 25 Februari 2017

Ayat Pengantar Surga



Cerpen : Andri Mulyahadi

            Mereka sudah terbangun jauh sebelum matahari membangunkan mereka, bahkan sebelum fajar berganti subuh. Suara ayat-ayat Al-quran berkumandang perlahan membangunkan tidur Raka yang pulas. Ia melihat ke sekeliling ruangan, tempat tidur tampak sudah rapi dan tak ada orang kecuali dirinya. Kemana para santri yang lain?
            Raka beranjak dari tempat tidur menuju jendela kamar. Dibukanya daun jendela perlahan, udara dingin berebut masuk menyentuh tubuhnya, lalu ia melihat halaman pesantren dan langit dengan mata yang masih mengantuk. Ternyata pemandangan di luar masih gelap, ia menggosok-gosokan kedua matanya yang masih setengah merapat dan melihat langkah-langkah kaki bergegas menuju masjid. Ia berbalik melihat jam dinding tua yang mengantung di dinding. Jam menunjukan pukul empat pagi.