Selasa, 21 November 2017

Kisah Luka-Luka Andri – Episode Erna


          Ketika kamu merasa luka-luka karena patah hati, tidak ada antibiotik yang dapat menyembuhkan luka dengan cepat. Kamu hanya perlu menunggu hingga waktu menyembuhkan sendiri luka-luka tersebut kecuali kamu memilih untuk jatuh cinta kembali, namun tidak akan menghilangkan luka yang ada. Luka yang lama akan berganti luka yang baru ketika kamu gagal untuk jatuh cinta kembali.

                In memorian 2010      

Kali ini kehidupan baru dimulai. Tantangan baru pun bertambah. Saya melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Umum. Perlahan luka saya yang lalu mengering dan bersiap untuk menggantikannya dengan kisah yang menyenangkan. Pada tahun sebelum 2010 masuk ke sekolah negeri merupakan prestasi yang membanggakan apalagi jika mendapat rangking dan juara di sekolah sebelumnya. Saya bersyukur bisa masuk di salah satu SMU negeri di Kota Bogor.  Meski saya bukan termasuk anak pintar, namun keberuntungan masih berpihak pada saya, karena banyak anak yang pintar malah tidak diterima di sekolah yang diimpikan.

Sekolah baru, lingkungan baru, teman baru, tentunya harus ada kisah cinta baru yang harus menjadi pengalaman. Masa asmara anak SMU tak beda jauh dengan masa SMP, seperti rumusan klasik dimana cinta cinlok adalah rumusan yang mainstream terjadi lingkungan SMU. Namun tidak sedikit pula ada kisah antar sekolah yang ujung-ujungnya biasanya berakhir dengan tawuran. Ngomong-ngomong soal tawuran, tingkat tawuran SMU/SMK/sederajat pada masa saya lebih tinggi dibanding anak SMP. Hal ini dikarenakan tingkat kelabilan dan terpengaruhnya dari lingkungan liar semakin besar terjadi di masa SMU. Hal ini yang mengakibatkan banyak korban berjatuhan di masa pubertas yang amat sangat labil.Namun untungnya, saya tobat untuk melakukan hal-hal kenakalan yang berakibat parah.


Kembali ke topik, ingin rasanya saya menceritakan kisah-kisah lain selain kisah asmara pada masa SMU ini, meski demikian saya berfokus pada kisah-kisah luka yang berlanjut terus menerus. Kali ini saya ingin menyembuhkan luka kemarin saya bersama Clarista dan Vena. Saya akan jatuh cinta kembali agar setidaknya saya bisa move on dan melupakan kegalauan lalu.

Rasanya terlalu rumit menceritakan kisah luka dan cinta dalam satu paket, untuk itu saya ingin jatuh cinta dengan sederhana. Sebelum menceritakan kisah luka, saya ingin bercerita dulu tentang kisah saya yang bahagia. Kisah selanjutnya di awal tahun ajaran saya masuk kelas 10.

Andri Vs Faiz

MOS adalah masa orientasi dimana siswa-siswa baru SMU mengalami pengenalan sekolah dan pendidikan pelatihan. Sama seperti masa ospek atau LDK, masa Mos di smu saya banyak tertindasnya, tentunya oleh senior-senior yang tampangnya menyeramkan seperti monster dan nenek sihir ketika memarahi kami para junior yang ingusan. Beberapa dari kami mendapat hukuman dan kena marah karena mencoba melawan senior. Meski kami menganggap itu adalah pembelaan kami. Namun semua itu tidak berlaku ketika masa Mos. Masa dimana kami akan merasa serba salah. Disitulah pelatihan mental dan disiplin yang sebenarnya sedang diterapkan kepada siswa-siswa baru.

Saya bertemu dengan banyak teman baru. Teman satu regu dan kelas saya awalnya tidak ada yang kenal satupun namun itu adalah hal yang wajar. Beberapa teman smp saya berada pada regu dan kelas yang berbeda. Namun itu adalah hal yang membuat saya ingin mengeksplore para perempuan baru yang banyak menjadi idaman. Jujur saja di sekolah baru saya ini, banyak para bidadari dan juga bidadara. Salah satunya perempuan yang bernama Nidaisyah, perempuan satu regu saya ini terlihat manis dan cantik tanpa kerudung. Ingin rasanya saya mencoba mendekatinya namun saya kalah cepat dengan teman baru saya yang juga satu regu, Faiz.

Awalnya saya sedikit tidak suka dengan gayanya Faiz, saya melihat dia sebagai rival saya karena terlihat jelas sekali tampang playboynya. Kamu tau playboy itu punya seribu satu rayuan yang membuat perempuan terlena dengan gombalannya. Itu yang dilakukan Faiz, saya mencoba menirunya namun saya dan dia memiliki tingkat skill dan kriteria yang beda, perbedaannya dipresentasekan sebagai berikut :

Kriteria
Tampan
Keren/Kece
Postur Tubuh
Gombalan
Kepintaran
akademik
Daya saing
Skil
rahasia
Pengalaman
Pacaran
Andri
38 %
50.5 %
48 %
35 %
92 %
50 %
50 %
0.5 %
Faiz
88 %
87 %
62 %
92 %
33.5 %
85 %
50 %
85 %



Penjelasan dari tabel di atas adalah :

·         Tingkat ketampanan Faiz jauh di atas rata-rata, itu adalah modal utama seorang laki-laki untuk mendapatkan hati perempuan (Saya tidak setuju kalau sikap baik hati adalah modal utama untuk mendapatkan hati perempuan, karena fakta dan berdasarkan survei dan pengalaman, banyak perempuan memilih laki-laki tampan yang tidak baik dibanding laki-laki baik hati yang tidak tampan)

Sedangkan Andri, ketampanannya masih berada di bawah rata-rata dan jauh dengan Faiz, itu yang menyebabkan Nida dan perempuan lain yang menjadi saingan kami lebih respek dan bersemangat berkomunikasi dengan Faiz daripada dengan saya. Dan itu lagi-lagi fakta dan pengalaman saya.

·         Tingkat Keren/kece Faiz jauh di atas rata-rata, hal itu terlihat dari penampilan dan gaya rambut Faiz yang seperti model, saya tebak ia punya salon pribadi. Sedangkan saya masih berada dipresentase rata-rata, hal ini meskipun saya tidak tampan, saya mencoba untuk tampil semaksimal mungkin, meski berada ditingkat rata-rata. Setidaknya saya mencoba untuk tampi wangi dan berpenampilan rapi. Itu yang bisa saya lakukan, namun itu saja tidak cukup.

·         Tingkat postur tubuh saya dan Faiz tidak begitu jauh, meski faiz lagi-lagi berada di atas rata-rata dan saya berada di bawah rata-rata. Menandakan saya memang tidak tinggi begitupun Faiz.

·         Tingkat gombalan. Ini yang membuat saya tak ingin membandingkan tingkat gombalan saya dengan Faiz. Sudah jelas siapa yang playboy sejati. Tak heran hampir kebanyakan cewek cantik terkena rayuan maut Faiz karena tingkat gombalannya nyaris sempurna. Doi emang jago spik. Dibandingkan dengan saya, ngomong suka aja masih mikir dan malu-malu gimana mau gombal. Itu tadi modal utama sangat berpengaruh sekali.

·         Tingkat Kepintaran akademik. Ini adalah satu-satunya skill saya yang berhasil menang dari Faiz. Saya percaya diri dengan adu kepintaran dengan Faiz bisa menang, hal itu terlihat dari hasil belajar dan nilai tes saya jauh lebih tinggi sedangkan dia masih minta nyontek saya. Sebenarnya ini adalah kriteria yang dipaksakan untuk dibandingkan. Biarkan karena saya ingin ada kelebihan saya, setidaknya ada satu kriteria saya menang dari Faiz. Bebas toh yang bercerita adalah saya, bukan Faiz

·         Daya saing. Lagi-lagi Faiz memiliki sesuatu di atas rata-rata dan saya lagi-lagi jauh di bawahnya. Hal ini terlihat faiz sangat hebat dilihat dari cara ia melawan para pesaing yang mencoba menjadi saingannya, ditambah kemampuan lebih dari kriteria yang lain menjadikan pondasi yang membudahkan ia memang ketika bersaing, sudah dipastikan tingkat memenangkan hati perempuan Faiz lebih tinggi dari saya.

·         Pengalaman pacaran. Haduh, jujur saja saya sedikit kurang bersemangat untuk menjelaskan kriteria yang satu ini, dimana dia bercerita kepada saya berapa perempuan yang telah berpacaran dengan dia bahkan sampai saat ini. Saya benar-benar salut sekaligus kesal dengan pengalaman dia. Bagaimana dengan saya? tak perlu dijelaskan. Bahkan saya tidak mencapai presentase 1%, hitungan di atas itu adalah bahwa saya nyaris pernah punya pengalaman.



Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan, bahwa : untuk mendapatkan hati perempuan, saya sangat sulit sekali selama faiz menjadi saingan saya. Dan bukan hal yang mudah untuk bisa mendapatkan kisah cinta yang menyenangkan di hasil kriteria saya seperti itu, satu-satunya kesempatan saya adalah menjauh dari Faiz, namun saya bukan tipe teman yang berkhianat, tidak ada niatan saya untuk membenci Faiz, saya melihat itu semua sebagai motivasi saya untuk tetap berjuang dan tidak mudah menyerah. Saya akan tetap berjuang bahkan harus bersaing dengan Faiz, meski pada akhirnya saya yang harus kalah.

Sebuah pertemanan yang sebenarnya membuat saya sedikit minder. Sejak masa saya sekolah menengah pertama mungkin hingga sekarang, saya berteman dengan para playboy sahabat-sahabat saya dulu sangat hebat dalam kisah percintaan, ada rasa bangga dan sedih memiliki sahabat seperti itu. Posisi saya layaknya seorang tritagonis, ingin rasanya saya mencicipi rasanya menjadi protagonis atau antagonis diantara mereka. Saya bisa menjadi protagonis hanya saat saya menulis sebuah cerita, seperti cerita ini.

Masa mos pun hampir selesai, Faiz berhasil mendapatkan dua hati perempuan sekaligusitupun yang saya tahu sajaNida dan perempuan lain, saya tidak begitu mengenalnya. Alhasil ia jadian dengan perempuan lain, dan Nida, mereka tidak pernah jadi. Bagaimana bisa ketika dekat dengan Nida, saya mesti berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan setidaknya perhatiannya untuk saya, Nida lebih memilih Faiz, namun Faiz malah memilih perempuan lain dan mengacuhkan Nida.

Bagaimana, kamu bisa menilai sendiri bagaimana perasaan saya saat itu?

Saya tidak menyisipkan dialog dalam fragmen di atas, karena terlalu menyakitkan jika saya harus menulis percakapan mereka dalam kisah saya.

Luka-luka baru mulai meresap melalui pori-pori dada dan menyesak hingga ke dalam hati. Saya harusnya bisa lebih bijak dalam bertindak. Lagi-lagi saya ceroboh dan lengah, dan saya menyadari lawan saya tidak sepadan dengan saya. pemenangnya adalah Faiz. Dan saya tidak mendapatkan apa-apa kecuali luka kecil saja.

P.T.A

Tiba saya untuk mendapatkan kelas baru yaitu 10-4 (dibaca: sepuluh empat), entah bagaimana pembagian kelasnya saya tidak begitu paham. Yang jelas satu angkatan saya dibagi atas 6 kelas. Baiklah skip. Pada episode kali ini Saya ingin memperkenalkan pujaan hati saya, Erna Mulia Aprilianti. Dia lebih indah dari Nida, lebih indah dari perempuan yang berusaha menjadi target saing saya dengan Faiz, lebih indah dari ribuan bintang-bintang di langit malam, lebih indah dari apapun ketika saya sedang merasakan yang namanya “kasmaran”. Bahkan jika ada kata yang lebih indah dari “cantik” saya akan memujinya dengan kata itu.

Awal kali pertama saya bertemu dan melihat Erna adalah ketika kami mengikuti pelatihan pramuka dalam acara Penerimaan Tamu Ambalan (PTA) yang berlangsung di daerah Bumi perkemahan Lido Cigombong 2009/2010 silam. Sekolah kami memang mempunyai ketentuan dan misi salah satunya di bidang pramuka. Maka dari itu semua kegiatan yang berhubungan dengan pramuka akan diadakan.

Keberangkatan kami menggunakan Truk bekang TNI yang besar-besar, perjalanan pun terasa menyenangkan teman-teman baru saya yang menyenangkan suasana baru yang harum dan sejahtera, kawan-kawan terdekat saya Arman, Febriansyah, Irvan Ndut, Daniel, Sigit, Esti, Aini. Lebih banyak waktu saya habiskan bersama mereka ketika di kelas dan luar kelas pada kelas 10.

Kami semua tiba di kawasan perkemahan. Kami dikumpulkan dilapangan untuk pembagian regu. (Ada bagian yang lupa siapa saja regu perkemahan saya) saya hanya mengingat  bahwa saya satu regu dengan Arman. Arman orangnya menyenangkan dan baik hati, meski dari perawakannya sedikit gemuk dan yang sedikit bersyukur saya adalah dia bukan playboy yang akan menjadi pesaing saya. Justru Arman adalah satu-satunya alasan saya bisa bertemu dengan pujaan hati saya. Ibarat dalam permainan Arman berperan sebagai supporter.

Saya bersyukur sekali bisa beregu dengan Arman, saya tidak tahu harus seperti apa saya membalas kebaikanmu Arman.

“Lebay lu, Dri.” Ujar Arman

“Tapi kan makanannya jadi kotor kena rumput, haha.” Balas saya.

“kalem gak akan mati ini makanan jatoh dikit.” Tambah Radit.

“kita berkemah belajar buat bertahan hidup dengan makanan dan minuman seadaanya, haha.” Balas Arman

Candaan kami begitu menyenangkan. Kami berusaha untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk tiga hari kedepan untuk mengikuti berbagai kegiatan PTA. Arman bertugas untuk memasak makanan seperti mie instan dan kopi, radit sedang memberesi pakaian dll, dan dua orang lagisaya lupa dua orang itu siapamerapihkan tenda. Sedang saya disuruh Arman untuk mengambil air di sumber air terdekat.

“Dri, tolong ambilin air buat kita masak sama bikin kopi.” Arman memberikan panci kecil.

“Oke deh..” singkat saya.

Sambil menikmati suasana alam yang sejuk dan nyaman saya berjalan-jalan sedikit lebih lama. Moment indah terjadi saat itu. Langkah saya terasa terhenti, mata saja tak berkedip, waktu terasa melambat slowmotion, detak jantung berdegup meningkat. Saya melihat sesuatu, sesuatu yang lebih indah dari yang saya ceritakan tadi. Bidadari tepat berada di hadapan saya. ya ! sang pujaan hati saya. Moment ini adalah kali pertama saya melihatnya.

Kutuliskan kenangan tentang caraku menemukan dirimu

Tentang apa yang membuat ku mudah berikan hatiku padamu

Takkan habis sejuta lagu untuk menceritakan cantikmu

Kan teramat panjang puisi tuk menyuratkan cinta ini

Telah habis sudah cinta ini tak lagi tersisa untuk dunia

Karena telah ku habiskan kisah cintaku hanya untukmu..

Aku pernah berpikir tentang hidupku tanpa dirimu

Dapatkah lebih indah dari yang ku jalani sampai kini

Aku selalu bermimpi tentang indah hari tua bersamamu

Tetap cantik rambut panjangmu meskipun nanti tak hitam lagi

Bila habis sudah waktu ini tak lagi berpijak pada dunia

Telah aku habiskan sisa hidupku hanya untuk mu

Dan tlah habis sudah cinta ini tak lagi tersisa untuk dunia

Karea telah ku habiskan hanya untukmu..



                Bila musim berganti, sampai waktu terhenti

                Walau dunia membenci, ku kan tetap di sini..

Ada sesuatu yang menganjal di mata saya, rasanya tak ingin sedikitpun berkedip. Erna berjalan ke arah saya bersama temannya. Erna tampak cantik, rambutnya panjang terurai dan memiliki poni di dahinya, tubuhnya tak gemuk ataupun kurus, sangat ideal, ia mengenakan rok panjang dan baju lengan panjang, mengenakan anting bulat emas (saya masih hafal betul saat itu) dan yang membuat saya menyukainya adalah ketika ia tersenyum,  manis sekali. Entah kenapa saya tidak menemukan senyuman serenyah itu di perempuan lain. Mungkin banyak perempuan cantik di tempat itu, namun ketika saya bertemu Erna, saya tak bisa melihat keindahan di perempuan lain selain pada Erna.

Kami berpapasan, saya masih tidak mengalihkan pandangan darinya, namun pujaan hati saya itu tidak sama sekali melihati saya, memang posisinya kita belum kenal. Dan ketika lewat di depanku, kamu tahu apa yang menyisakan hingga saat ini, bau harum nya tidak pernah terlupakan.

Tekad

Saya bertekad dalam hati bahwa saya menemukan feeling dalam hati saya. Saya ingin mengenal pujaan hati saya itu. Seseorang yang mempunyai sinar dari yang lain. Saya harus berjuang untuk mendapatkan kisah indah bersamanya, itulah impian saya saat itu.

Cerita episode kali ini, lebih banyak hal yang bahagia dan menyenangkan daripada kisah lukanya. Karena jujur saja, ketika saya menuliskan cerita ini, sangat tak tega sekali saya melumurinya dengan luka. Meski demikian, ini adalah salah satu kisah terindah saya yang masih melekat erat di kepala dan ruang kecil di dalam sini.

Hal pertama yang harus saya pastikan adalah pujaan hati saya belum memiliki kekasih, karena akan nyaris mustahil bisa bersamanya jika ia sudah dimiliki orang lain. Dan jika belum memiliki kekasih, ini adalah kesempatan yang harus saya perjuangkan sekuat tenaga. Hal yang masih kaku dari diri saya adalah kurangnya rasa percaya diri untuk berani mendekatinya.

“Man, man? Gua pengen cerita deh.” Saya menghampiri Arman.

“Lama amat sih Dri ambil air aja. Mana sini.” Ujar Arman. “Et dah dari tadi lu ngapain aja ini mana airnya?”

“Astagfirullah.. sory sory gua lupa ey, hehe. Ini ada yang penting man.”

“Ceritanye ntaran aje. Ambil air dulu, elah.”

Ini yang dinamakan kehadiranmu mengalihkan duniaku. Saya hampir lupa untuk mengambil air karena bertemu pujaan hati.

Pagi-pagi sekali kami dikumpulkan di lapangan untuk berbaris mengikuti upacara dan senam pagi. Rasa ngantuk masih menghantui kami, namun kami akan mendapat hukuman jika tidak mengikuti perintak pembina. Awalnya saya sangat tidak bersemangat. Namun ketika melihat pujaan hati bersemangat, saya bergegas paling depan untuk melihat Erna.

Kegiatan apapun saat itu harus saya ikuti, semua itu karena satu orang yaitu sang pujaan hati. Saya ingin selalu melihatnya di setiap moment, ketika upacara, senam, makan, outbond, permainan, sampai kumpul malam-malam api ungun. Saya sangat bersemangat ketika bisa melakukan sesuatu bersama regunya, meski pada saat itu ia tak menyadari keberadaan saya.

Tiba saat kumpul bersama di aula pada malam hari. Rencananya kami akan berada di lapangan bersama api unggun, namun karena hujan turun dengan derasnya. Kegiatan kumpul oleh pembina dialihkan ke alua. Posisinya kami telah merasa lelah, setelah sore tadi outbond dan permainan. Namun saya tidak sama sekali merasa lelah selama saya melihat Erna.

Lagi-lagi perkerjaan bodoh saya hanya melihat sang pujaan hati. Selama kumpul pembinaan, saya mencari posisi yang tepat untuk bisa melihat Erna apalagi kalau bisa deka dengannya. Saya melihatnya, ia tampak lelah, ia memakai jaket namun tak begitu tebal. Ingin rasanya saya menghampiri Erna saat itu dan berkata.

“Hai, keliatannya kamu sedikit kedinginan, ini pakai aja jaket sama syal aku.”

Saya membayangkan ia memakai jaket saya dan syal yang menghangatkan lehernya. Saya tak mungkin tega melihat pujaan hati merasakan kedinginan.

Namun semenjak itu, ia merasa sedikit sadar bahwa ada seseorang yang diam-diam terus memerhatikannya. Kali pertama Erna melihat saya, saya terjebak dan ketahuan bahwa saya orang yang diam-diam itu. Saya mencoba mengalihkan pandangan untuk tidak terus memandangnya.

“Lu ngeliatin siapa si Dri?” Ujar Arman.

“Man, lu kenal cewek rambut panjang disana itu gak?”

“yang mana?”

Saya menunjuk Erna.

“Ah gua kenal. Kenapa emang? Lu suka sama dia?” Arman meledek saya.

Jujur saja, Arman terkadang menyebalkan ketika kadang diajak serius dia bercanda, diajak bercanda dia serius.

“Ah jangan keras-keras kamp**t.”

“Deketin lah kalo suka, jangan ngeliatin aja.” Bisik Arman.

“Namanya siapa yah, Man?”

“Mau gua tanyain?”

“Nanti aja, Man.” Saya menutup mulutnya.

Tiga hari hampir berlalu, saya sangat senang bisa bertemu pujaan hati meski belum sempat berkenalan. Entah saya terlalu geer atau percaya diri, Setiap saya melihatnya, saya senang ternyata Erna juga memerhatikan saya. meskipun saya tidak berbakat dalam bergombal atau modus. Dengan melihatnya lebih intensif saya berhasil menunjukan kepada dia tentang keberadaan saya.

sang Mak Comblang

Kami akhirnya kembali ke sekolah setelah tiga hari lamanya kami berada di perkemahan untuk PTA. Saya sangat berterimakasih berkat adanya kegiatan itu saya bisa bertemu dengan pujaan hati.

Sekolah kembali seperti biasa. Namun sang malaikat saya datang.

“Dri, gua tau cewek yang kata lu di PTA.” Arman berbisik.

“wah, siapa Man?”

“Namanya Erna Mulia..”

Itu adalah kali pertama saya tahu bahwa namanya Erna dan ternyata dia itu kelas 10-5, kelasnya bersebelahan dengan kelas saya. saya merasa ada yang indah, namanya sama dengan sayaSaya tahu Tuhan mencoba mendekatkan saya dengan dia. Erna selalu bersama temannya bernama Via, teman sebangkunya. Hingga akhirnya saya mendapatkan informasi tentangnya, kamu tahu kenapa? Saya sangat senang ketika saya mendapatkan nomor telepon Erna. Semua itu berkat mak comblang hebat, Arman. Gak menyangka teman yang kadang menyebalkan tapi baik sangat sama saya.

Butuh berpikir beberapa hari untuk bisa SMS pujaan hati, namun akhirnya saya mengumpulkan kekuatan untuk menghubunginya lewat SMS, saya meminta berkenalan langsung karena saya tak bisa untuk bergombal.

Andri : “Hai.. ini Erna yah?”                                                         18.30

Erna : “Iya.. ini siapa yah?”                                                          19.15

Andri : “Ini.. Andri kelas 10-4, Erna Kelas 10-5?”                     19.16

Erna : “Iya.. oh. Ada apa Andri?”                                               20.02

Andri : “Gak apa-apa.. pengen kenal sama Erna                    20.04

Boleh yah?”       

                Erna : “Hahaha.. Iya Boleh”                                                       20.06

                Itu sedikit pesan SMS saya yang masih saya ingat, selebihnya saya sudah agak lupa kali pertama saya mengchat Erna. Ternyata Erna itu orangnya menyenangkan dan ramah sekali. Buktinya meski saya baru so soan kenal, tapi dibalas dengan ramah.

                Hampir tiap hari saya harus mempersiapkan topik untuk memulai sms san denagan Pujaan hati. Namun sebelumnya saya harus berterimakasih kepada teman baik saya Arman, karena nya saya bisa dekat dengan Erna. Sebuah prestasi yang menyenangkan bisa berkomunikasi dengan pujaan hati.

                Pesaing

                Tahukah kamu biasanya perempuan cantik itu sangat jarang tidak punya gebetan, fans cowok, apalagi jomblo. Namun keberuntungan dan kesempatan langka sedang berada di depan mata saya. Ternyata Pujaan hati saya itu juga banyak yang suka, dan mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya. Ini yang membuat saya harus berjuang sampai titik darah penghabisan. Karena jika saya gagal tanpa berjuang, saya akan menjadi orang pecundang dan orang bodoh membiarkan seorang perempuan baik tidak mendapatkan lelaki yang baik pula.

                Awalnya saya sedikit takut jika pesaing saya adalah Faiz. Kemungkinan saya akan kalah dan tidak akan mendapat kesempatan untuk melihat senyum Erna lagi. Andai memang Faiz adalah saingan saya lagi, saya tidak akan menyerah dan mengerahkan segalanya untuk menghindarkan Erna dari lelaki yang ujung-ujungnya malah ngephpin cewek. Namun saya sedikit bersyukur bahwa Faiz bukanlah saingan saya.

                Lantas saingan saya siapa? Yang saya tahu dan ingat itu ada tiga orang. Saya mencari tahu para pesaing saya itu, saya merangkum kekuatan dan kemampuan para pesaing saya itu.

1.       M.Rizky anak 10-2.

2.       Oki 10-6

3.       Harkat

Kriteria
Tampan
Keren/Kece
Postur Tubuh
Gombalan
Kepintaran
akademik
Daya saing
Skil
rahasia
Pengalaman
Pacaran
Andri
40 %
68 %
48 %
35 %
92 %
50 %
50 %
0.5 %
Rizky
37 %
75 %
85 %
78 %
40 %
50 %
-
-
Oki
30 %
65 %
35 %
50 %
28 %
50 %
-
-
Harkat
68 %
75 %
70 %
85 %
65 %
35 %
-
-



Berdasarkan dari presentasi di atas, lagi-lagi hal yang saya andalkan hanya kemampuan kepintaran akademik, namun setidaknya saya bisa bersaing dan berpeluang sedikit lebih besar untuk menang, meski ada satu pesaing yang cukup sulit yaitu Harkat. Namun melihat dari presentase daya saing di bawah rata-rata, saya bisa menebak bahwa Harkat adalah mantan kekasih Erna. Dengan begitu setidaknya tidak ada yang sesulit Faiz.

Saat itu lah saya berusaha berjuang untuk bisa pedekate seindah mungkin. Setiap pesan yang saya lontarkan kepada Erna selalu disambut dengan baik, hingga saya memiliki peluang besar untuk mendapatkan hatinya. Saya adalah orang baru yang ikut antrian gebetan Erna, namun saya serasa mendapat supporting yang besar hingga bisa menyalip tiga algojo tersebut. menurut saya tak butuh waktu lama untuk menyatakan perasaan saya selama ini.

Saat itu pun saya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan saya lewat SMS. Sebenarnya belum cukup waktu untuk nembak doi, namun jika saya terlambat sedikit mungkin saya tidak akan pernah memiliki kesempatan itu. Ternyata SMS yang berisi pesan bahwa saya menyukainya sejak PTA, namun Erna tidak menanggapi dengan serius, bahkan tidak menjawabnya.

Apakah mungkin Erna tidak menyukai saya? mungkin ia ingin menolak saya namun tidak ingin membuat saya sakit hati.

Nembak !

Salah satu teman saya bernama Mufqi mengetahui kedekatan saya dengan Erna. Ia menyarankan untuk menemuinya sepulang sekolah. Ternyata Mufqi selalu pulang bersama Erna dan teman-temannya, saya benar-benar tak menyangka ternyata saya telah menyentuh hatinya hingga ia menceritakan keberadaan saya di kehidupan barunya.

Tak butuh waktu lama. Saya mendatangi kelasnya setelah kelas bubar, namun Erna sudah pulang bersama temannya. Mufqi menyusul, ia tahu bahwa Erna pasti lewat pintu belakang sekolah. Ternyata benar, Erna lewat situ.

“Erna?” Teriak saya.

Erna dan teman-temannya menengok ke arah saya. mereka berhenti sejenak. Kau tahu, itu adalah kali pertama saya memanggilnya. Selama ini saya hanya berani bicara lewat SMS, namun entah tiba-tiba saya refleks untuk berkata langsung.

Disitulah saya mencoba untuk mengutarakan perasaan saya.

“Ernaa..”

“Iya kenapa, Dri?” Erna tersenyum kecil.

Saya melihat teman-teman Erna, mereka sok soan mengalihkan pandangan, namun saya tidak peduli.

“Na udah mau pulang, yah?”

“Iya, tapi kamu manggil.”

Dada saya tiba-tiba berdegup kencang sekali. Saya berkeringat sedikit. Lidah saya mendadak terjerat sulit bicara, nafas saya tak karuan.

“Gimana yang kemarin andri SMSin ke Na?”

“...” Erna hanya senyum dan tertawa kecil

“Andri suka sama Na udah lama waktu kita di tempat PTA  andri udah suka ma Na mau gak terima andri.” Ujar saya dengan nada cepat tanpa koma .

“Na mikir, ketika Andri bilang suka ke Na waktu di SMS itu bisa aja bercanda dan Cuma main2n. Na pengen tau sejauh mana Andri bisa berusaha.”

“Andri beneran suka sama Na, Cuma selama ini Andri Cuma bisa mandangin Na aja. Andri ngerasa bakal nyesel aja kalo akhirnya gak bisa jujur. Ya seengganya meski Andri gak bisa sama-sama ma Na, Andri udah jujur sama Na ngomong langsung.”

“Woy mau balik nih.. kita hahahah.” Ujar Mufqi dan teman-temannya.

Mereka ngecengin saya dan Erna. Memang mereka itu adalah teman-teman dekat Erna.

“Erna mau gak jadi perempuan terindah Andri?”

“... hemm. Maaf Na gak bisa Dri..”

                Semua hening seketika. Serasa waktu berhenti berdetak, saya tak sanggup berkata-kata. Semua para penonton melebarkan mata dan mulut mereka. Angin membawa semua suara kami. Membawanya ke langit yang tinggi. Bahkan saya tak dapat merasakan lagi adrenalin yang sejak tadi memancar deras. Semua detak nadi saya serasa dibungkam dengan paksa.

                “.. Gak bisa nolak Andri..” Erna melanjutkan.

                Erna memberikan senyuman terindahnya untuk saya. Ia menatap cantik saya. saya langsung senyum bahagia mendengar ia mengucapkan itu. Angin telah mengantikannya dengan cinta yang indah.



Tatap mata tak sengaja buat hati tak menentu

Bila datang dari kamu tak mampu menahan suara di kepala

Jantung meledak rasanya cinta datang tiba-tiba

Mau  tak mau..

Kamu aku tertangkap di situasi tak kenal waktu tak kenal waktu

Gedung tinggi halangi matahari namun kau cahaya ku kau cahaya ku

Selalu menuntunku untuk kembali pijak di bumi

Nidji – Saat Bersamamu

                “Yeee.. wooo...” mereka selebrasi.

                “Na juga suka sama Andri, Andri orangnya baik dan perhatian.”

                “Iya, makasih ya Na.”

                Erna langsung meninggalkan saya pulang bersama teman-temannya dengan senyuman terindah.

                “Kamu hati-hati ya pulangnya, Dri.”

                “Iya, kamu juga yah.”

Akhirnya.

                Saya tak menyangka bisa jadian sama sang pujaan hati. Awalnya saya tak menyangka. Hari-hari kami jalani dengan sangat bahagia. Kita ketemu dulu sebelum masuk kelas, kita ngobrol di depan kelas, kita makan bareng ke kantin, dan hal lucu yang sering kita lakukan adalah sering bulak balik ke kamar kecil Cuma karena pengen saling ngeliat aja. Kalo gak saya yang keluar kelas ijin ke kamar kecil sambil melirik sang kekasih, dan Erna pun demikian.

                Ini adalah kali pertama saya jadian dengan perempuan. Kau tahu rasanya saya bersemangat sekali untuk ke sekolah, biasanya saya hampir terlambat ke sekolah, kini malah datang kepagian. Semua serba indah. Jujur saja Erna orangnya menyenangkan. Ia cerita kepada saya bahwa teman saya pernah berkata kepadanya tentang saya bahwa saya itu adalah orang yang baik yang mengidolakan dirinya. Erna juga senang meski saya laki-laki biasa, namun saya termasuk anak yang pintar, jadi kami sering belajar bersama untuk ulangan dan sebagainya.

                Saya tidak ingin menyisipkan dialog pada adegan ini. Karena terlalu lebay rasanya. Mendengar percakapan pasangan yang sedang jatuh cinta. Kita dulu kadang mengalami jaman alay dimana nama facebook kami diganti dengan nama kami berdua. dan masih banyak lagi hal-hal yang lucu.

                Saya sudah katakan sejak awal bahwa pada episode ini saya tak ingin banyak bercerita tentang luka dulu. Semua ingin merasa indahnya saja, namun meski begitu luka tak terbantahkan.

Teori “Lelaki selalu salah dan wanita selalu benar”

                Sekitar satu bulan kira2 kami menjalani hubungan. Namun entah kenapa ada sesuatu yang tidak menyenangkan datang begitu saja. Jujur saja hubungan saya dengan Erna tak ada masalah, ya meski terkadang kita suka berbeda pendapat karena aku ingin latihan basket dengan teman saya, lantas saya harus nemenin dia. Hal seperti itu biasa terjadi. Aku ingin selalu berbaikan dengannya dengan mengantarnya pulang hingga rumahnya. Saya senang sekali setiap kali kerumahnya karena saya dekat dengan adiknya Erna kami selalu bercanda dan belajar bersama. Dan Erna hanya tersenyum saja melihat tingkah kami. Setiap ada masalah kecil kami selalu mengatasinya.

                Entah kenapa semakin lama Erna menginginkan waktu lebih intensif, sedang aku sedang banyak-banyaknya tugas dan latihan basket. Saya melakukan kesalahan lagi dengan membuat dia bersedih dan memilih untuk latihan basket dari pada menemani sang pujaan hati.

                Hari-hari berjalan seperti biasa, namun ada hal yang aneh. Erna terlihat marah kepada saya. ia ternyata ngambek dan hanya berkata seadaanya.

                “Kamu kenapa sih, ko dari tadi cemberut terus?”

                “Gpp.” Siingkat Erna

                “Aku salah lagi yah?”

                “Pikir aja sendiri.”

                “Maafin aku yah.”

                “Hemm..”

                Saya melihat wajahnya. Sedih. Saya tak kuasa melihat Erna bersedih seperti itu. Mungkin saya lebih jarang ada waktu dengan dia dan lebih mementingkan teman-teman saya dibandingkan dia.

                “Kita makan Yuk !”

                “Males ah lagi gak laper”

                “Kamu mau nya apa, sayaaangkuh?” saya merayu.

                “Pikir aja sendiri.” Erna tersenyum sinis kepada saya.

                Entah apa yang sebenarnya terjadi. Aku memilih diam saja. Dan berharap dia kembali baikan suasana hatinya.

                “Kenapa diem?” tanya Erna.

                “Trus aku mesti gimana?”

                “Ya hibur aku lah, ngapain ke, bujuk aku gitu, gak peka banget sih jadi cowok.”

                “Lah. Yaudah maafin aku yah, kamu lagi bete yah?”

                “Pake nanya.”

Rasanya ingin membenturkan kepala saya ke tembok. Setiap yang saya lakukan selalu salah. Saya mencoba tidak menghubungi Erna. Erna menghampiri ke kelas saya. kenapa pesan nya tidak dibales dan telponnya gak diangkat. Saya menjelaskan hanya ingin membiarkan dia dalam suasana yang tenang dan kembali baik. Namun lagi-lagi saya diomelin.

Kau tahu, meski Erna sering sekali cerewetin saya, omelin saya, dan marahin saya, saya selalu menyayangi dia karena itu ia sangat peduli kepada saya. ia selalu cerita bahwa aku selalu sabar saat dia sedang PMS, saat bete, dan labil. Karena saat itu saya tak ingin sekali kehilangan dia. Saya akan sangat terluka bisa saja kehilangan dia. Akhirnya sesuatu yang saya suka dari dia kembali terlihat. Senyuman terindahnya.

Masalah yang berujung Fatal

Singkat cerita. Tiba saatnya Saya berada di cerita yang sebenarnya tak ingin sekali saya ceritakan, namun meski begitu saya harus menulis ini. Kami telah terbisa dengan konflik dan masalah kecil yang terjadi. Kau tahu, kalimat terindah yang Erna ucapkan dan hingga sampai saat ini saya masih mengingatnya.

“Aku adalah yang pertama untuk kamu, dan Aku ingin kamu menjadi yang terakhir untuk aku.”

Erna Mulia.

Kami ingin mempertahankan kalimat tersebut, namun sesuatu terjadi, tiba-tiba Erna menemukan sebuah postingan di dinding Facebook saya isinya adalah sebuah pesan dari seorang perempuan. Pesannya adalah “Ka Andri apa kabar? Aku kangen sama ka Andri, aku kembali lagi ke Bogor.”

Erna bertanya bahwa itu siapa dan menganggap saya berkhianat kepadanya. Saya bilang itu bukan siapa-siapa bahkan saya tidak membalasnya. Namun melihat respon Erna tampaknya sangat tidak menyenangkan, belum pernah saya melihat Erna seperti itu. Ia benar-benar kesal pada saya.

Erna menganggap saya berdusta, bahwa perempuan itu adalah mantan saya. saya sudah menjelaskan bahwa Erna adalah perempuan yang pertama kali menerima saya menjadi kekasihnya.

Orang yang mengirim pesan di dinding facebook saya adalah Clarista, salahnya saya, saya malah membalasnya, itupun sekadarnya saja. Memang saya pernah menyukai Clarista, namun itu dulu, toh saya dengan tidak tidak pernah sampai jadian, bukankah dia sudah pergi ke Jawa, mana bisa dia kembali mengabari saya tiba-tiba datang disaat yang tidak tepat. Erna menganggap saya lebih memilih dengan mantan saya, padahal tidak sama sekali dan Icha bukan mantan saya.

Rasa takut saya semakin menjadi. Luka tiba-tiba saja menyerang saya. saya tidak tega melihat Erna pergi dari saya. ketakutan saya menjadi kenyataan. Hingga akhirnya Erna berkata bahwa hubungan kita cukup aja sampai disini, dia sudah merasa gak nyaman dengan hal itu.

Saya tak ada daya sedikitpun untuk menjawab perkataannya. Rasanya luka-luka ini menyerang lidah saya. meracuni setiap sel di kepala saya, menyebarkan virus di setiap aliran darah saya, mengerogoti paru-paru saya, mengkontaminasi lambung dan tubuh saya dengan luka-luka koloni. Perlahan kebahagian di hati saya digantikan dengan luka-luka serikat.

Saat itu saya benar-benar patah hati dengan hebatnya.. akhirnya saya harus kehilangan perempuan pujaan saya. perempuan yang sangat saya cintai saat itu.

Pernahkah kau merasakan cinta

Yang datang dengan seketika

Dan banyak meneteskan air mata

Memaksaku diam tanpa bicara

Tanpamu aku merasa lemah

Tanpamu aku merasa lelah

Dan tanpamu aku bukanlah apa-apa

Kini aku tak berdaya

Biarkanlah waktu menjawab cintamu

Ku akan setia menunggu

Jangan paksa aku melewati itu

Biarkan semua berlalu.

Tanpamu aku merasa lemah

Tanpamu aku merasa lelah

Dan tanpamu aku bukan apa-apa

Kini aku tak berdaya

Biarkanlah waktu menjawab cintamu

Ku akan setia menunggu

Jangan paksa aku melewati itu

Biarkan semua berlalu..

Simpan semua perih di hatimu..

Tak usah kau mengingatku

Cinta yang terus membayangiku

Kan ku simpan dalam jiwaku..

Radja – Biar waktu menjawab



saatnya melawan luka-luka

Kau tahu, perempuan bisa move on dalam 3 minggu, sedangkan laki-laki setidaknya butuh waktu 3 tahun untuk bisa move on.

Saya tiba di kelas 12 dan tak lama lagi saya akan lulus SMA, meski luka-luka di dalam diri saya sudah memudar namun tidak dengan perasaan saya kepada pujaan hati. Selama 3 tahun saya tidak berencana untuk berpacaran kembali. Bahkan saya mencoba untuk mendekati perempuan lain. Itu tidak berhasil. Selama itu saya gagal untuk move on. Namun saya tidak ingin bercerita kepada siapapun, saya yakin akan ada masanya dunia tahu hal itu. Dan lewat tulisan ini adalah saya bisa menyampaikan semuanya.

Erna kembali menemukan lelaki lain, lelaki yang lebih dari saya. Saya sedang menyembuhkan luka-luka kemarin, namun setelah tahu keberadaan kekasih baru Erna. Luka-luka saya malah semakin melebar dan membelah menjadi luka-luka baru. Namun sejak saat itu saya memelihara luka itu dalam bentuk ingatan yang diarsipkan di dalam kepala saya. Jika saya memang tidak ditakdirkan untuk bersamanya, setidaknya saya bersyukur dia telah mengisi keseharian saya dengan hal-hal indah yang tidak saya dapatkan ketika bersama orang lain.

In memorian 2013   

Sudah cukup lama Saya dan Erna tidak ada kontak. Tahun 2013 adalah tahun dimana saya mulai perkulihan. Ada hal yang mengejutkan, Ternyata Erna juga kuliah di tempat saya kuliah. Kami kuliah di kampus yang sama di Kota Bogor. Kami mulai mengobrol kembali namun hanya sebatas teman tidak lebih. Meski ingatan saya kepada dia belum hilang, namun kita tetap menjadi teman baik. Kami pergi ke kampus bareng, memberi masukan dan membantu ketika kuliah, dsb.

Setelah menjadi mantan, bukan berarti menjadi musuh. Kami berteman baik bahkan ketika di kampus pun kami sering bertegur sapa. Bagi saya itu tidak menjadi beban, justru saya senang, saya masih bisa melihat senyumannya.

Setelah melewati tahun 2013 kami hampir jarang sekali bertemu kembali karena kesibukan kami masing-masing.

in memorian 2017

Hal yang lagi-lagi menjadi kejutan adalah moment terindah dalam hidup saya. yaitu dimana pada tahun 2017 adalah tahun dimana saya lulus sarjana dan menjadi salah satu lulusan terbaik. Sebuah prestasi yang membanggakan. Tak pernah disangka bahwa saya kembali bertemu dengan Erna di acara wisudaan. Ternyata kami lulus bersama, saya dan Erna bersalaman. Ia mengcapkan.

“Hai.. Andri. Luarbiasa.. selamat yah udah jadi lulusan terbaik..” Ujar Erna

“Iya. Erna selamat juga yah, wisudaannya samaan.”

Kemarin itu kali terakhir saya melihat senyumannya. Senyuman yang masih sama seperti dulu.. dan saya berharap saya bisa kembali melihatnya kembali..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar