Ketika kamu merasa luka-luka karena patah hati, tidak
ada antibiotik yang dapat menyembuhkan luka dengan cepat. Kamu hanya perlu menunggu
hingga waktu menyembuhkan sendiri luka-luka tersebut kecuali kamu memilih untuk
jatuh cinta kembali, namun tidak akan menghilangkan luka yang ada. Luka yang
lama akan berganti luka yang baru ketika kamu gagal untuk jatuh cinta kembali.
—In memorian 2010
Kali ini
kehidupan baru dimulai. Tantangan baru pun bertambah. Saya melanjutkan sekolah
ke Sekolah Menengah Umum. Perlahan luka saya yang lalu mengering dan bersiap
untuk menggantikannya dengan kisah yang menyenangkan. Pada tahun sebelum 2010
masuk ke sekolah negeri merupakan prestasi yang membanggakan apalagi jika
mendapat rangking dan juara di sekolah sebelumnya. Saya bersyukur bisa masuk di
salah satu SMU negeri di Kota Bogor.
Meski saya bukan termasuk anak pintar, namun keberuntungan masih
berpihak pada saya, karena banyak anak yang pintar malah tidak diterima di
sekolah yang diimpikan.
Sekolah baru,
lingkungan baru, teman baru, tentunya harus ada kisah cinta baru yang harus
menjadi pengalaman. Masa asmara anak SMU tak beda jauh dengan masa SMP, seperti
rumusan klasik dimana cinta cinlok adalah rumusan yang mainstream terjadi
lingkungan SMU. Namun tidak sedikit pula ada kisah antar sekolah yang
ujung-ujungnya biasanya berakhir dengan tawuran. Ngomong-ngomong soal tawuran,
tingkat tawuran SMU/SMK/sederajat pada masa saya lebih tinggi dibanding anak
SMP. Hal ini dikarenakan tingkat kelabilan dan terpengaruhnya dari lingkungan
liar semakin besar terjadi di masa SMU. Hal ini yang mengakibatkan banyak
korban berjatuhan di masa pubertas yang amat sangat labil.Namun untungnya, saya
tobat untuk melakukan hal-hal kenakalan yang berakibat parah.
Saya tidak
menyisipkan dialog dalam fragmen di atas, karena terlalu menyakitkan jika saya
harus menulis percakapan mereka dalam kisah saya.
Kembali ke
topik, ingin rasanya saya menceritakan kisah-kisah lain selain kisah asmara
pada masa SMU ini, meski demikian saya berfokus pada kisah-kisah luka yang
berlanjut terus menerus. Kali ini saya ingin menyembuhkan luka kemarin saya
bersama Clarista dan Vena. Saya akan jatuh cinta kembali agar setidaknya saya
bisa move on dan melupakan kegalauan lalu.
Rasanya
terlalu rumit menceritakan kisah luka dan cinta dalam satu paket, untuk itu
saya ingin jatuh cinta dengan sederhana. Sebelum menceritakan kisah luka, saya
ingin bercerita dulu tentang kisah saya yang bahagia. Kisah selanjutnya di awal
tahun ajaran saya masuk kelas 10.
—Andri
Vs Faiz
MOS adalah
masa orientasi dimana siswa-siswa baru SMU mengalami pengenalan sekolah dan
pendidikan pelatihan. Sama seperti masa ospek atau LDK, masa Mos di smu saya
banyak tertindasnya, tentunya oleh senior-senior yang tampangnya menyeramkan
seperti monster dan nenek sihir ketika memarahi kami para junior yang ingusan.
Beberapa dari kami mendapat hukuman dan kena marah karena mencoba melawan
senior. Meski kami menganggap itu adalah pembelaan kami. Namun semua itu tidak
berlaku ketika masa Mos. Masa dimana kami akan merasa serba salah. Disitulah
pelatihan mental dan disiplin yang sebenarnya sedang diterapkan kepada siswa-siswa
baru.
Saya bertemu
dengan banyak teman baru. Teman satu regu dan kelas saya awalnya tidak ada yang
kenal satupun namun itu adalah hal yang wajar. Beberapa teman smp saya berada
pada regu dan kelas yang berbeda. Namun itu adalah hal yang membuat saya ingin
mengeksplore para perempuan baru yang banyak menjadi idaman. Jujur saja di
sekolah baru saya ini, banyak para bidadari dan juga bidadara. Salah satunya
perempuan yang bernama Nidaisyah, perempuan satu regu saya ini terlihat manis
dan cantik tanpa kerudung. Ingin rasanya saya mencoba mendekatinya namun saya
kalah cepat dengan teman baru saya yang juga satu regu, Faiz.
Awalnya saya
sedikit tidak suka dengan gayanya Faiz, saya melihat dia sebagai rival saya karena
terlihat jelas sekali tampang playboynya. Kamu tau playboy itu punya seribu
satu rayuan yang membuat perempuan terlena dengan gombalannya. Itu yang
dilakukan Faiz, saya mencoba menirunya namun saya dan dia memiliki tingkat skill
dan kriteria yang beda, perbedaannya dipresentasekan sebagai berikut :
Kriteria
|
Tampan
|
Keren/Kece
|
Postur Tubuh
|
Gombalan
|
Kepintaran
akademik
|
Daya saing
|
Skil
rahasia
|
Pengalaman
Pacaran
|
Andri
|
38 %
|
50.5 %
|
48 %
|
35 %
|
92 %
|
50 %
|
50 %
|
0.5 %
|
Faiz
|
88 %
|
87 %
|
62 %
|
92 %
|
33.5 %
|
85 %
|
50 %
|
85 %
|
Penjelasan
dari tabel di atas adalah :
·
Tingkat ketampanan Faiz jauh di atas rata-rata,
itu adalah modal utama seorang laki-laki untuk mendapatkan hati perempuan (Saya
tidak setuju kalau sikap baik hati adalah modal utama untuk mendapatkan hati
perempuan, karena fakta dan berdasarkan survei dan pengalaman, banyak perempuan
memilih laki-laki tampan yang tidak baik dibanding laki-laki baik hati yang
tidak tampan)
Sedangkan Andri, ketampanannya masih berada di bawah
rata-rata dan jauh dengan Faiz, itu yang menyebabkan Nida dan perempuan lain
yang menjadi saingan kami lebih respek dan bersemangat berkomunikasi dengan
Faiz daripada dengan saya. Dan itu lagi-lagi fakta dan pengalaman saya.
·
Tingkat Keren/kece Faiz jauh di atas rata-rata,
hal itu terlihat dari penampilan dan gaya rambut Faiz yang seperti model, saya
tebak ia punya salon pribadi. Sedangkan saya masih berada dipresentase
rata-rata, hal ini meskipun saya tidak tampan, saya mencoba untuk tampil
semaksimal mungkin, meski berada ditingkat rata-rata. Setidaknya saya mencoba
untuk tampi wangi dan berpenampilan rapi. Itu yang bisa saya lakukan, namun itu
saja tidak cukup.
·
Tingkat postur tubuh saya dan Faiz tidak begitu
jauh, meski faiz lagi-lagi berada di atas rata-rata dan saya berada di bawah
rata-rata. Menandakan saya memang tidak tinggi begitupun Faiz.
·
Tingkat gombalan. Ini yang membuat saya tak
ingin membandingkan tingkat gombalan saya dengan Faiz. Sudah jelas siapa yang
playboy sejati. Tak heran hampir kebanyakan cewek cantik terkena rayuan maut
Faiz karena tingkat gombalannya nyaris sempurna. Doi emang jago spik.
Dibandingkan dengan saya, ngomong suka aja masih mikir dan malu-malu gimana mau
gombal. Itu tadi modal utama sangat
berpengaruh sekali.
·
Tingkat Kepintaran akademik. Ini adalah
satu-satunya skill saya yang berhasil menang dari Faiz. Saya percaya diri
dengan adu kepintaran dengan Faiz bisa menang, hal itu terlihat dari hasil
belajar dan nilai tes saya jauh lebih tinggi sedangkan dia masih minta nyontek
saya. Sebenarnya ini adalah kriteria yang dipaksakan untuk dibandingkan.
Biarkan karena saya ingin ada kelebihan saya, setidaknya ada satu kriteria saya
menang dari Faiz. Bebas toh yang bercerita adalah saya, bukan Faiz
·
Daya saing. Lagi-lagi Faiz memiliki sesuatu di
atas rata-rata dan saya lagi-lagi jauh di bawahnya. Hal ini terlihat faiz
sangat hebat dilihat dari cara ia melawan para pesaing yang mencoba menjadi
saingannya, ditambah kemampuan lebih dari kriteria yang lain menjadikan pondasi
yang membudahkan ia memang ketika bersaing, sudah dipastikan tingkat
memenangkan hati perempuan Faiz lebih tinggi dari saya.
·
Pengalaman pacaran. Haduh, jujur saja saya
sedikit kurang bersemangat untuk menjelaskan kriteria yang satu ini, dimana dia
bercerita kepada saya berapa perempuan yang telah berpacaran dengan dia bahkan
sampai saat ini. Saya benar-benar salut sekaligus kesal dengan pengalaman dia.
Bagaimana dengan saya? tak perlu dijelaskan. Bahkan saya tidak mencapai
presentase 1%, hitungan di atas itu adalah bahwa saya nyaris pernah punya
pengalaman.
Berdasarkan
tabel di atas dapat disimpulkan, bahwa : untuk mendapatkan hati perempuan, saya
sangat sulit sekali selama faiz menjadi saingan saya. Dan bukan hal yang mudah
untuk bisa mendapatkan kisah cinta yang menyenangkan di hasil kriteria saya
seperti itu, satu-satunya kesempatan saya adalah menjauh dari Faiz, namun saya
bukan tipe teman yang berkhianat, tidak ada niatan saya untuk membenci Faiz,
saya melihat itu semua sebagai motivasi saya untuk tetap berjuang dan tidak
mudah menyerah. Saya akan tetap berjuang bahkan harus bersaing dengan Faiz, meski
pada akhirnya saya yang harus kalah.
Sebuah
pertemanan yang sebenarnya membuat saya sedikit minder. Sejak masa saya sekolah
menengah pertama mungkin hingga sekarang, saya berteman dengan para playboy
sahabat-sahabat saya dulu sangat hebat dalam kisah percintaan, ada rasa bangga
dan sedih memiliki sahabat seperti itu. Posisi saya layaknya seorang
tritagonis, ingin rasanya saya mencicipi rasanya menjadi protagonis atau
antagonis diantara mereka. Saya bisa menjadi protagonis hanya saat saya menulis
sebuah cerita, seperti cerita ini.
Masa mos pun
hampir selesai, Faiz berhasil mendapatkan dua hati perempuan sekaligus—itupun yang saya tahu saja—Nida dan perempuan lain, saya
tidak begitu mengenalnya. Alhasil ia jadian dengan perempuan lain, dan Nida,
mereka tidak pernah jadi. Bagaimana bisa ketika dekat dengan Nida, saya mesti
berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan setidaknya perhatiannya untuk saya,
Nida lebih memilih Faiz, namun Faiz malah memilih perempuan lain dan
mengacuhkan Nida.
Bagaimana,
kamu bisa menilai sendiri bagaimana perasaan saya saat itu?
Luka-luka baru
mulai meresap melalui pori-pori dada dan menyesak hingga ke dalam hati. Saya
harusnya bisa lebih bijak dalam bertindak. Lagi-lagi saya ceroboh dan lengah,
dan saya menyadari lawan saya tidak sepadan dengan saya. pemenangnya adalah
Faiz. Dan saya tidak mendapatkan apa-apa kecuali luka kecil saja.
—P.T.A
Tiba saya
untuk mendapatkan kelas baru yaitu 10-4 (dibaca:
sepuluh empat), entah bagaimana pembagian kelasnya saya tidak begitu paham.
Yang jelas satu angkatan saya dibagi atas 6 kelas. Baiklah skip. Pada episode kali ini Saya ingin memperkenalkan pujaan hati saya,
Erna Mulia Aprilianti. Dia lebih indah dari Nida, lebih indah dari perempuan
yang berusaha menjadi target saing saya dengan Faiz, lebih indah dari ribuan
bintang-bintang di langit malam, lebih indah dari apapun ketika saya sedang
merasakan yang namanya “kasmaran”. Bahkan jika ada kata yang lebih indah dari
“cantik” saya akan memujinya dengan kata itu.
Awal kali
pertama saya bertemu dan melihat Erna adalah ketika kami mengikuti pelatihan
pramuka dalam acara Penerimaan Tamu Ambalan (PTA) yang berlangsung di daerah
Bumi perkemahan Lido Cigombong 2009/2010 silam. Sekolah kami memang mempunyai
ketentuan dan misi salah satunya di bidang pramuka. Maka dari itu semua
kegiatan yang berhubungan dengan pramuka akan diadakan.
Keberangkatan
kami menggunakan Truk bekang TNI yang besar-besar, perjalanan pun terasa
menyenangkan teman-teman baru saya yang menyenangkan suasana baru yang harum
dan sejahtera, kawan-kawan terdekat saya Arman, Febriansyah, Irvan Ndut,
Daniel, Sigit, Esti, Aini. Lebih banyak waktu saya habiskan bersama mereka
ketika di kelas dan luar kelas pada kelas 10.
Kami semua
tiba di kawasan perkemahan. Kami dikumpulkan dilapangan untuk pembagian regu.
(Ada bagian yang lupa siapa saja regu perkemahan saya) saya hanya
mengingat bahwa saya satu regu dengan
Arman. Arman orangnya menyenangkan dan baik hati, meski dari perawakannya
sedikit gemuk dan yang sedikit bersyukur saya adalah dia bukan playboy yang
akan menjadi pesaing saya. Justru Arman adalah satu-satunya alasan saya bisa
bertemu dengan pujaan hati saya. Ibarat dalam permainan Arman berperan sebagai
supporter.
Saya bersyukur
sekali bisa beregu dengan Arman, saya tidak tahu harus seperti apa saya
membalas kebaikanmu Arman.
“Lebay lu,
Dri.” Ujar Arman
“Tapi kan
makanannya jadi kotor kena rumput, haha.” Balas saya.
“kalem gak
akan mati ini makanan jatoh dikit.” Tambah Radit.
“kita berkemah
belajar buat bertahan hidup dengan makanan dan minuman seadaanya, haha.” Balas
Arman
Candaan kami
begitu menyenangkan. Kami berusaha untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk
tiga hari kedepan untuk mengikuti berbagai kegiatan PTA. Arman bertugas untuk
memasak makanan seperti mie instan dan kopi, radit sedang memberesi pakaian
dll, dan dua orang lagi—saya
lupa dua orang itu siapa—merapihkan
tenda. Sedang saya disuruh Arman untuk mengambil air di sumber air terdekat.
“Dri, tolong
ambilin air buat kita masak sama bikin kopi.” Arman memberikan panci kecil.
“Oke deh..”
singkat saya.
Sambil menikmati
suasana alam yang sejuk dan nyaman saya berjalan-jalan sedikit lebih lama.
Moment indah terjadi saat itu. Langkah saya terasa terhenti, mata saja tak
berkedip, waktu terasa melambat slowmotion,
detak jantung berdegup meningkat. Saya melihat sesuatu, sesuatu yang lebih
indah dari yang saya ceritakan tadi. Bidadari tepat berada di hadapan saya. ya
! sang pujaan hati saya. Moment ini adalah kali pertama saya melihatnya.
Kutuliskan kenangan tentang caraku menemukan
dirimu
Tentang apa yang membuat ku mudah berikan
hatiku padamu
Takkan habis sejuta lagu untuk menceritakan
cantikmu
Kan teramat panjang puisi tuk menyuratkan
cinta ini
Telah habis sudah cinta ini tak lagi tersisa
untuk dunia
Karena telah ku habiskan kisah cintaku hanya
untukmu..
Aku pernah berpikir tentang hidupku tanpa
dirimu
Dapatkah lebih indah dari yang ku jalani
sampai kini
Aku selalu bermimpi tentang indah hari tua
bersamamu
Tetap cantik rambut panjangmu meskipun nanti
tak hitam lagi
Bila habis sudah waktu ini tak lagi berpijak
pada dunia
Telah aku habiskan sisa hidupku hanya untuk
mu
Dan tlah habis sudah cinta ini tak lagi
tersisa untuk dunia
Karea telah ku habiskan hanya untukmu..
Bila musim berganti, sampai waktu terhenti
Walau dunia
membenci, ku kan tetap di sini..
Ada sesuatu
yang menganjal di mata saya, rasanya tak ingin sedikitpun berkedip. Erna
berjalan ke arah saya bersama temannya. Erna tampak cantik, rambutnya panjang
terurai dan memiliki poni di dahinya, tubuhnya tak gemuk ataupun kurus, sangat
ideal, ia mengenakan rok panjang dan baju lengan panjang, mengenakan anting
bulat emas (saya masih hafal betul saat itu) dan yang membuat saya menyukainya
adalah ketika ia tersenyum, manis
sekali. Entah kenapa saya tidak menemukan senyuman serenyah itu di perempuan
lain. Mungkin banyak perempuan cantik di tempat itu, namun ketika saya bertemu
Erna, saya tak bisa melihat keindahan di perempuan lain selain pada Erna.
Kami
berpapasan, saya masih tidak mengalihkan pandangan darinya, namun pujaan hati
saya itu tidak sama sekali melihati saya, memang posisinya kita belum kenal.
Dan ketika lewat di depanku, kamu tahu apa yang menyisakan hingga saat ini, bau
harum nya tidak pernah terlupakan.
—Tekad
Saya bertekad
dalam hati bahwa saya menemukan feeling
dalam hati saya. Saya ingin mengenal pujaan hati saya itu. Seseorang yang
mempunyai sinar dari yang lain. Saya harus berjuang untuk mendapatkan kisah
indah bersamanya, itulah impian saya saat itu.
Cerita episode
kali ini, lebih banyak hal yang bahagia dan menyenangkan daripada kisah
lukanya. Karena jujur saja, ketika saya menuliskan cerita ini, sangat tak tega
sekali saya melumurinya dengan luka. Meski demikian, ini adalah salah satu
kisah terindah saya yang masih melekat erat di kepala dan ruang kecil di dalam
sini.
Hal pertama
yang harus saya pastikan adalah pujaan hati saya belum memiliki kekasih, karena
akan nyaris mustahil bisa bersamanya jika ia sudah dimiliki orang lain. Dan
jika belum memiliki kekasih, ini adalah kesempatan yang harus saya perjuangkan
sekuat tenaga. Hal yang masih kaku dari diri saya adalah kurangnya rasa percaya
diri untuk berani mendekatinya.
“Man, man? Gua
pengen cerita deh.” Saya menghampiri Arman.
“Lama amat sih
Dri ambil air aja. Mana sini.” Ujar Arman. “Et dah dari tadi lu ngapain aja ini
mana airnya?”
“Astagfirullah..
sory sory gua lupa ey, hehe. Ini ada yang penting man.”
“Ceritanye
ntaran aje. Ambil air dulu, elah.”
Ini yang
dinamakan kehadiranmu mengalihkan duniaku. Saya hampir lupa untuk mengambil air
karena bertemu pujaan hati.
Pagi-pagi
sekali kami dikumpulkan di lapangan untuk berbaris mengikuti upacara dan senam
pagi. Rasa ngantuk masih menghantui kami, namun kami akan mendapat hukuman jika
tidak mengikuti perintak pembina. Awalnya saya sangat tidak bersemangat. Namun
ketika melihat pujaan hati bersemangat, saya bergegas paling depan untuk
melihat Erna.
Kegiatan
apapun saat itu harus saya ikuti, semua itu karena satu orang yaitu sang pujaan
hati. Saya ingin selalu melihatnya di setiap moment, ketika upacara, senam,
makan, outbond, permainan, sampai kumpul malam-malam api ungun. Saya sangat
bersemangat ketika bisa melakukan sesuatu bersama regunya, meski pada saat itu
ia tak menyadari keberadaan saya.
Tiba saat
kumpul bersama di aula pada malam hari. Rencananya kami akan berada di lapangan
bersama api unggun, namun karena hujan turun dengan derasnya. Kegiatan kumpul
oleh pembina dialihkan ke alua. Posisinya kami telah merasa lelah, setelah sore
tadi outbond dan permainan. Namun saya tidak sama sekali merasa lelah selama
saya melihat Erna.
Lagi-lagi
perkerjaan bodoh saya hanya melihat sang pujaan hati. Selama kumpul pembinaan,
saya mencari posisi yang tepat untuk bisa melihat Erna apalagi kalau bisa deka
dengannya. Saya melihatnya, ia tampak lelah, ia memakai jaket namun tak begitu
tebal. Ingin rasanya saya menghampiri Erna saat itu dan berkata.
“Hai, keliatannya kamu sedikit kedinginan,
ini pakai aja jaket sama syal aku.”
Saya
membayangkan ia memakai jaket saya dan syal yang menghangatkan lehernya. Saya
tak mungkin tega melihat pujaan hati merasakan kedinginan.
Namun semenjak
itu, ia merasa sedikit sadar bahwa ada seseorang yang diam-diam terus
memerhatikannya. Kali pertama Erna melihat saya, saya terjebak dan ketahuan
bahwa saya orang yang diam-diam itu. Saya mencoba mengalihkan pandangan untuk
tidak terus memandangnya.
“Lu ngeliatin
siapa si Dri?” Ujar Arman.
“Man, lu kenal
cewek rambut panjang disana itu gak?”
“yang mana?”
Saya menunjuk
Erna.
“Ah gua kenal.
Kenapa emang? Lu suka sama dia?” Arman meledek saya.
Jujur saja,
Arman terkadang menyebalkan ketika kadang diajak serius dia bercanda, diajak
bercanda dia serius.
“Ah jangan
keras-keras kamp**t.”
“Deketin lah
kalo suka, jangan ngeliatin aja.” Bisik Arman.
“Namanya siapa
yah, Man?”
“Mau gua
tanyain?”
“Nanti aja,
Man.” Saya menutup mulutnya.
Tiga hari
hampir berlalu, saya sangat senang bisa bertemu pujaan hati meski belum sempat
berkenalan. Entah saya terlalu geer atau percaya diri, Setiap saya melihatnya,
saya senang ternyata Erna juga memerhatikan saya. meskipun saya tidak berbakat
dalam bergombal atau modus. Dengan melihatnya lebih intensif saya berhasil
menunjukan kepada dia tentang keberadaan saya.
—sang Mak Comblang
Kami akhirnya
kembali ke sekolah setelah tiga hari lamanya kami berada di perkemahan untuk
PTA. Saya sangat berterimakasih berkat adanya kegiatan itu saya bisa bertemu
dengan pujaan hati.
Sekolah
kembali seperti biasa. Namun sang malaikat saya datang.
“Dri, gua tau
cewek yang kata lu di PTA.” Arman berbisik.
“wah, siapa
Man?”
“Namanya Erna
Mulia..”
Itu adalah
kali pertama saya tahu bahwa namanya Erna dan ternyata dia itu kelas 10-5,
kelasnya bersebelahan dengan kelas saya. saya merasa ada yang indah, namanya
sama dengan sayaSaya tahu Tuhan mencoba mendekatkan saya dengan dia. Erna
selalu bersama temannya bernama Via, teman sebangkunya. Hingga akhirnya saya
mendapatkan informasi tentangnya, kamu tahu kenapa? Saya sangat senang ketika
saya mendapatkan nomor telepon Erna. Semua itu berkat mak comblang hebat,
Arman. Gak menyangka teman yang kadang menyebalkan tapi baik sangat sama saya.
Butuh berpikir
beberapa hari untuk bisa SMS pujaan hati, namun akhirnya saya mengumpulkan kekuatan
untuk menghubunginya lewat SMS, saya meminta berkenalan langsung karena saya
tak bisa untuk bergombal.
Andri : “Hai.. ini Erna yah?” 18.30
Erna : “Iya.. ini siapa yah?” 19.15
Andri : “Ini.. Andri kelas 10-4, Erna Kelas
10-5?” 19.16
Erna : “Iya.. oh. Ada apa Andri?” 20.02
Andri : “Gak apa-apa.. pengen kenal sama
Erna 20.04
Boleh yah?”
Erna : “Hahaha..
Iya Boleh” 20.06
Itu sedikit
pesan SMS saya yang masih saya ingat, selebihnya saya sudah agak lupa kali
pertama saya mengchat Erna. Ternyata Erna itu orangnya menyenangkan dan ramah
sekali. Buktinya meski saya baru so soan kenal, tapi dibalas dengan ramah.
Hampir
tiap hari saya harus mempersiapkan topik untuk memulai sms san denagan Pujaan
hati. Namun sebelumnya saya harus berterimakasih kepada teman baik saya Arman,
karena nya saya bisa dekat dengan Erna. Sebuah prestasi yang menyenangkan bisa
berkomunikasi dengan pujaan hati.
—Pesaing
Tahukah
kamu biasanya perempuan cantik itu sangat jarang tidak punya gebetan, fans
cowok, apalagi jomblo. Namun keberuntungan dan kesempatan langka sedang berada
di depan mata saya. Ternyata Pujaan hati saya itu juga banyak yang suka, dan
mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya. Ini yang membuat saya harus
berjuang sampai titik darah penghabisan. Karena jika saya gagal tanpa
berjuang, saya akan menjadi orang pecundang dan orang bodoh membiarkan seorang
perempuan baik tidak mendapatkan lelaki yang baik pula.
Awalnya
saya sedikit takut jika pesaing saya adalah Faiz. Kemungkinan saya akan kalah
dan tidak akan mendapat kesempatan untuk melihat senyum Erna lagi. Andai memang
Faiz adalah saingan saya lagi, saya tidak akan menyerah dan mengerahkan
segalanya untuk menghindarkan Erna dari lelaki yang ujung-ujungnya malah
ngephpin cewek. Namun saya sedikit bersyukur bahwa Faiz bukanlah saingan saya.
Lantas
saingan saya siapa? Yang saya tahu dan ingat itu ada tiga orang. Saya mencari
tahu para pesaing saya itu, saya merangkum kekuatan dan kemampuan para pesaing
saya itu.
1. M.Rizky
anak 10-2.
2. Oki
10-6
3. Harkat
Kriteria
|
Tampan
|
Keren/Kece
|
Postur Tubuh
|
Gombalan
|
Kepintaran
akademik
|
Daya saing
|
Skil
rahasia
|
Pengalaman
Pacaran
|
Andri
|
40 %
|
68 %
|
48 %
|
35 %
|
92 %
|
50 %
|
50 %
|
0.5 %
|
Rizky
|
37 %
|
75 %
|
85 %
|
78 %
|
40 %
|
50 %
|
-
|
-
|
Oki
|
30 %
|
65 %
|
35 %
|
50 %
|
28 %
|
50 %
|
-
|
-
|
Harkat
|
68 %
|
75 %
|
70 %
|
85 %
|
65 %
|
35 %
|
-
|
-
|
Berdasarkan
dari presentasi di atas, lagi-lagi hal yang saya andalkan hanya kemampuan
kepintaran akademik, namun setidaknya saya bisa bersaing dan berpeluang sedikit
lebih besar untuk menang, meski ada satu pesaing yang cukup sulit yaitu Harkat.
Namun melihat dari presentase daya saing di bawah rata-rata, saya bisa menebak
bahwa Harkat adalah mantan kekasih Erna. Dengan begitu setidaknya tidak ada
yang sesulit Faiz.
Saat itu lah
saya berusaha berjuang untuk bisa pedekate seindah mungkin. Setiap pesan yang
saya lontarkan kepada Erna selalu disambut dengan baik, hingga saya memiliki
peluang besar untuk mendapatkan hatinya. Saya adalah orang baru yang ikut
antrian gebetan Erna, namun saya serasa mendapat supporting yang besar hingga
bisa menyalip tiga algojo tersebut. menurut saya tak butuh waktu lama untuk
menyatakan perasaan saya selama ini.
Saat itu pun
saya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan saya lewat SMS. Sebenarnya
belum cukup waktu untuk nembak doi, namun jika saya terlambat sedikit mungkin
saya tidak akan pernah memiliki kesempatan itu. Ternyata SMS yang berisi pesan
bahwa saya menyukainya sejak PTA, namun Erna tidak menanggapi dengan serius,
bahkan tidak menjawabnya.
Apakah mungkin
Erna tidak menyukai saya? mungkin ia ingin menolak saya namun tidak ingin
membuat saya sakit hati.
—Nembak !
Salah satu
teman saya bernama Mufqi mengetahui kedekatan saya dengan Erna. Ia menyarankan
untuk menemuinya sepulang sekolah. Ternyata Mufqi selalu pulang bersama Erna
dan teman-temannya, saya benar-benar tak menyangka ternyata saya telah
menyentuh hatinya hingga ia menceritakan keberadaan saya di kehidupan barunya.
Tak butuh
waktu lama. Saya mendatangi kelasnya setelah kelas bubar, namun Erna sudah
pulang bersama temannya. Mufqi menyusul, ia tahu bahwa Erna pasti lewat pintu
belakang sekolah. Ternyata benar, Erna lewat situ.
“Erna?” Teriak
saya.
Erna dan
teman-temannya menengok ke arah saya. mereka berhenti sejenak. Kau tahu, itu
adalah kali pertama saya memanggilnya. Selama ini saya hanya berani bicara
lewat SMS, namun entah tiba-tiba saya refleks untuk berkata langsung.
Disitulah saya
mencoba untuk mengutarakan perasaan saya.
“Ernaa..”
“Iya kenapa,
Dri?” Erna tersenyum kecil.
Saya melihat
teman-teman Erna, mereka sok soan mengalihkan pandangan, namun saya tidak
peduli.
“Na udah mau
pulang, yah?”
“Iya, tapi
kamu manggil.”
Dada saya
tiba-tiba berdegup kencang sekali. Saya berkeringat sedikit. Lidah saya
mendadak terjerat sulit bicara, nafas saya tak karuan.
“Gimana yang
kemarin andri SMSin ke Na?”
“...” Erna
hanya senyum dan tertawa kecil
“Andri suka
sama Na udah lama waktu kita di tempat PTA
andri udah suka ma Na mau gak terima andri.” Ujar saya dengan nada cepat
tanpa koma .
“Na mikir,
ketika Andri bilang suka ke Na waktu di SMS itu bisa aja bercanda dan Cuma
main2n. Na pengen tau sejauh mana Andri bisa berusaha.”
“Andri beneran
suka sama Na, Cuma selama ini Andri Cuma bisa mandangin Na aja. Andri ngerasa
bakal nyesel aja kalo akhirnya gak bisa jujur. Ya seengganya meski Andri gak bisa
sama-sama ma Na, Andri udah jujur sama Na ngomong langsung.”
“Woy mau balik
nih.. kita hahahah.” Ujar Mufqi dan teman-temannya.
Mereka
ngecengin saya dan Erna. Memang mereka itu adalah teman-teman dekat Erna.
“Erna mau gak
jadi perempuan terindah Andri?”
“... hemm.
Maaf Na gak bisa Dri..”
Semua
hening seketika. Serasa waktu berhenti berdetak, saya tak sanggup berkata-kata.
Semua para penonton melebarkan mata dan mulut mereka. Angin membawa semua suara
kami. Membawanya ke langit yang tinggi. Bahkan saya tak dapat merasakan lagi
adrenalin yang sejak tadi memancar deras. Semua detak nadi saya serasa
dibungkam dengan paksa.
“..
Gak bisa nolak Andri..” Erna melanjutkan.
Erna
memberikan senyuman terindahnya untuk saya. Ia menatap cantik saya. saya
langsung senyum bahagia mendengar ia mengucapkan itu. Angin telah
mengantikannya dengan cinta yang indah.
Tatap mata tak sengaja buat hati tak menentu
Bila datang dari kamu tak mampu menahan suara di kepala
Jantung meledak rasanya cinta datang tiba-tiba
Mau tak mau..
Kamu aku tertangkap di situasi tak kenal waktu tak kenal waktu
Gedung tinggi halangi matahari namun kau cahaya ku kau cahaya ku
Selalu menuntunku untuk kembali pijak di bumi
Nidji – Saat Bersamamu
“Yeee..
wooo...” mereka selebrasi.
“Na
juga suka sama Andri, Andri orangnya baik dan perhatian.”
“Iya,
makasih ya Na.”
Erna
langsung meninggalkan saya pulang bersama teman-temannya dengan senyuman
terindah.
“Kamu
hati-hati ya pulangnya, Dri.”
“Iya,
kamu juga yah.”
—Akhirnya.
Saya
tak menyangka bisa jadian sama sang pujaan hati. Awalnya saya tak menyangka.
Hari-hari kami jalani dengan sangat bahagia. Kita ketemu dulu sebelum masuk
kelas, kita ngobrol di depan kelas, kita makan bareng ke kantin, dan hal lucu
yang sering kita lakukan adalah sering bulak balik ke kamar kecil Cuma karena
pengen saling ngeliat aja. Kalo gak saya yang keluar kelas ijin ke kamar kecil
sambil melirik sang kekasih, dan Erna pun demikian.
Ini
adalah kali pertama saya jadian dengan perempuan. Kau tahu rasanya saya
bersemangat sekali untuk ke sekolah, biasanya saya hampir terlambat ke sekolah,
kini malah datang kepagian. Semua serba indah. Jujur saja Erna orangnya
menyenangkan. Ia cerita kepada saya bahwa teman saya pernah berkata kepadanya
tentang saya bahwa saya itu adalah orang yang baik yang mengidolakan dirinya.
Erna juga senang meski saya laki-laki biasa, namun saya termasuk anak yang
pintar, jadi kami sering belajar bersama untuk ulangan dan sebagainya.
Saya
tidak ingin menyisipkan dialog pada adegan ini. Karena terlalu lebay rasanya.
Mendengar percakapan pasangan yang sedang jatuh cinta. Kita dulu kadang
mengalami jaman alay dimana nama facebook kami diganti dengan nama kami berdua.
dan masih banyak lagi hal-hal yang lucu.
Saya
sudah katakan sejak awal bahwa pada episode ini saya tak ingin banyak bercerita
tentang luka dulu. Semua ingin merasa indahnya saja, namun meski begitu luka
tak terbantahkan.
—Teori
“Lelaki selalu salah dan wanita selalu benar”
Sekitar
satu bulan kira2 kami menjalani hubungan. Namun entah kenapa ada sesuatu yang
tidak menyenangkan datang begitu saja. Jujur saja hubungan saya dengan Erna tak
ada masalah, ya meski terkadang kita suka berbeda pendapat karena aku ingin
latihan basket dengan teman saya, lantas saya harus nemenin dia. Hal seperti
itu biasa terjadi. Aku ingin selalu berbaikan dengannya dengan mengantarnya
pulang hingga rumahnya. Saya senang sekali setiap kali kerumahnya karena saya
dekat dengan adiknya Erna kami selalu bercanda dan belajar bersama. Dan Erna
hanya tersenyum saja melihat tingkah kami. Setiap ada masalah kecil kami selalu
mengatasinya.
Entah
kenapa semakin lama Erna menginginkan waktu lebih intensif, sedang aku sedang
banyak-banyaknya tugas dan latihan basket. Saya melakukan kesalahan lagi dengan
membuat dia bersedih dan memilih untuk latihan basket dari pada menemani sang
pujaan hati.
Hari-hari
berjalan seperti biasa, namun ada hal yang aneh. Erna terlihat marah kepada
saya. ia ternyata ngambek dan hanya berkata seadaanya.
“Kamu
kenapa sih, ko dari tadi cemberut terus?”
“Gpp.”
Siingkat Erna
“Aku
salah lagi yah?”
“Pikir
aja sendiri.”
“Maafin
aku yah.”
“Hemm..”
Saya
melihat wajahnya. Sedih. Saya tak kuasa melihat Erna bersedih seperti itu.
Mungkin saya lebih jarang ada waktu dengan dia dan lebih mementingkan
teman-teman saya dibandingkan dia.
“Kita
makan Yuk !”
“Males
ah lagi gak laper”
“Kamu
mau nya apa, sayaaangkuh?” saya merayu.
“Pikir
aja sendiri.” Erna tersenyum sinis kepada saya.
Entah
apa yang sebenarnya terjadi. Aku memilih diam saja. Dan berharap dia kembali baikan
suasana hatinya.
“Kenapa
diem?” tanya Erna.
“Trus
aku mesti gimana?”
“Ya
hibur aku lah, ngapain ke, bujuk aku gitu, gak peka banget sih jadi cowok.”
“Lah.
Yaudah maafin aku yah, kamu lagi bete yah?”
“Pake
nanya.”
Rasanya ingin
membenturkan kepala saya ke tembok. Setiap yang saya lakukan selalu salah. Saya
mencoba tidak menghubungi Erna. Erna menghampiri ke kelas saya. kenapa pesan
nya tidak dibales dan telponnya gak diangkat. Saya menjelaskan hanya ingin
membiarkan dia dalam suasana yang tenang dan kembali baik. Namun lagi-lagi saya
diomelin.
Kau tahu,
meski Erna sering sekali cerewetin saya, omelin saya, dan marahin saya, saya
selalu menyayangi dia karena itu ia sangat peduli kepada saya. ia selalu cerita
bahwa aku selalu sabar saat dia sedang PMS, saat bete, dan labil. Karena saat
itu saya tak ingin sekali kehilangan dia. Saya akan sangat terluka bisa saja
kehilangan dia. Akhirnya sesuatu yang saya suka dari dia kembali terlihat.
Senyuman terindahnya.
—Masalah yang berujung Fatal
Singkat
cerita. Tiba saatnya Saya berada di cerita yang sebenarnya tak ingin sekali
saya ceritakan, namun meski begitu saya harus menulis ini. Kami telah terbisa
dengan konflik dan masalah kecil yang terjadi. Kau tahu, kalimat terindah yang
Erna ucapkan dan hingga sampai saat ini saya masih mengingatnya.
“Aku adalah yang pertama untuk kamu, dan Aku
ingin kamu menjadi yang terakhir untuk aku.”
Erna
Mulia.
Kami ingin mempertahankan
kalimat tersebut, namun sesuatu terjadi, tiba-tiba Erna menemukan sebuah
postingan di dinding Facebook saya isinya adalah sebuah pesan dari seorang
perempuan. Pesannya adalah “Ka Andri apa kabar?
Aku kangen sama ka Andri, aku kembali lagi ke Bogor.”
Erna bertanya
bahwa itu siapa dan menganggap saya berkhianat kepadanya. Saya bilang itu bukan
siapa-siapa bahkan saya tidak membalasnya. Namun melihat respon Erna tampaknya
sangat tidak menyenangkan, belum pernah saya melihat Erna seperti itu. Ia benar-benar
kesal pada saya.
Erna
menganggap saya berdusta, bahwa perempuan itu adalah mantan saya. saya sudah
menjelaskan bahwa Erna adalah perempuan yang pertama kali menerima saya menjadi
kekasihnya.
Orang yang
mengirim pesan di dinding facebook saya adalah Clarista, salahnya saya, saya
malah membalasnya, itupun sekadarnya saja. Memang saya pernah menyukai Clarista,
namun itu dulu, toh saya dengan tidak tidak pernah sampai jadian, bukankah dia
sudah pergi ke Jawa, mana bisa dia kembali mengabari saya tiba-tiba datang
disaat yang tidak tepat. Erna menganggap saya lebih memilih dengan mantan saya,
padahal tidak sama sekali dan Icha bukan mantan saya.
Rasa takut saya
semakin menjadi. Luka tiba-tiba saja menyerang saya. saya tidak tega melihat Erna
pergi dari saya. ketakutan saya menjadi kenyataan. Hingga akhirnya Erna berkata
bahwa hubungan kita cukup aja sampai disini, dia sudah merasa gak nyaman dengan
hal itu.
Saya tak ada
daya sedikitpun untuk menjawab perkataannya. Rasanya luka-luka ini menyerang lidah
saya. meracuni setiap sel di kepala saya, menyebarkan virus di setiap aliran
darah saya, mengerogoti paru-paru saya, mengkontaminasi lambung dan tubuh saya
dengan luka-luka koloni. Perlahan kebahagian di hati saya digantikan dengan
luka-luka serikat.
Saat itu saya
benar-benar patah hati dengan hebatnya.. akhirnya saya harus kehilangan
perempuan pujaan saya. perempuan yang sangat saya cintai saat itu.
Pernahkah kau merasakan cinta
Yang datang dengan seketika
Dan banyak meneteskan air mata
Memaksaku diam tanpa bicara
Tanpamu aku merasa lemah
Tanpamu aku merasa lelah
Dan tanpamu aku bukanlah apa-apa
Kini aku tak berdaya
Biarkanlah waktu menjawab cintamu
Ku akan setia menunggu
Jangan paksa aku melewati itu
Biarkan semua berlalu.
Tanpamu aku merasa lemah
Tanpamu aku merasa lelah
Dan tanpamu aku bukan apa-apa
Kini aku tak berdaya
Biarkanlah waktu menjawab cintamu
Ku akan setia menunggu
Jangan paksa aku melewati itu
Biarkan semua berlalu..
Simpan semua perih di hatimu..
Tak usah kau mengingatku
Cinta yang terus membayangiku
Kan ku simpan dalam jiwaku..
Radja – Biar waktu
menjawab
—saatnya melawan luka-luka
Kau tahu, perempuan
bisa move on dalam 3 minggu, sedangkan laki-laki setidaknya butuh waktu 3 tahun
untuk bisa move on.
Saya tiba di
kelas 12 dan tak lama lagi saya akan lulus SMA, meski luka-luka di dalam diri
saya sudah memudar namun tidak dengan perasaan saya kepada pujaan hati. Selama 3
tahun saya tidak berencana untuk berpacaran kembali. Bahkan saya mencoba untuk
mendekati perempuan lain. Itu tidak berhasil. Selama itu saya gagal untuk move
on. Namun saya tidak ingin bercerita kepada siapapun, saya yakin akan ada masanya
dunia tahu hal itu. Dan lewat tulisan ini adalah saya bisa menyampaikan
semuanya.
Erna kembali
menemukan lelaki lain, lelaki yang lebih dari saya. Saya sedang menyembuhkan
luka-luka kemarin, namun setelah tahu keberadaan kekasih baru Erna. Luka-luka
saya malah semakin melebar dan membelah menjadi luka-luka baru. Namun sejak
saat itu saya memelihara luka itu dalam bentuk ingatan yang diarsipkan di dalam
kepala saya. Jika saya memang tidak ditakdirkan untuk bersamanya, setidaknya
saya bersyukur dia telah mengisi keseharian saya dengan hal-hal indah yang
tidak saya dapatkan ketika bersama orang lain.
—In memorian 2013
Sudah cukup
lama Saya dan Erna tidak ada kontak. Tahun 2013 adalah tahun dimana saya mulai
perkulihan. Ada hal yang mengejutkan, Ternyata Erna juga kuliah di tempat saya
kuliah. Kami kuliah di kampus yang sama di Kota Bogor. Kami mulai mengobrol
kembali namun hanya sebatas teman tidak lebih. Meski ingatan saya kepada dia belum
hilang, namun kita tetap menjadi teman baik. Kami pergi ke kampus bareng, memberi
masukan dan membantu ketika kuliah, dsb.
Setelah
menjadi mantan, bukan berarti menjadi musuh. Kami berteman baik bahkan ketika
di kampus pun kami sering bertegur sapa. Bagi saya itu tidak menjadi beban,
justru saya senang, saya masih bisa melihat senyumannya.
Setelah
melewati tahun 2013 kami hampir jarang sekali bertemu kembali karena kesibukan
kami masing-masing.
—in memorian 2017
Hal yang lagi-lagi
menjadi kejutan adalah moment terindah dalam hidup saya. yaitu dimana pada
tahun 2017 adalah tahun dimana saya lulus sarjana dan menjadi salah satu
lulusan terbaik. Sebuah prestasi yang membanggakan. Tak pernah disangka bahwa
saya kembali bertemu dengan Erna di acara wisudaan. Ternyata kami lulus
bersama, saya dan Erna bersalaman. Ia mengcapkan.
“Hai.. Andri. Luarbiasa..
selamat yah udah jadi lulusan terbaik..” Ujar Erna
“Iya. Erna
selamat juga yah, wisudaannya samaan.”
Kemarin itu kali
terakhir saya melihat senyumannya. Senyuman yang masih sama seperti dulu.. dan
saya berharap saya bisa kembali melihatnya kembali..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar