Pada percakapan yang begitu
singkat..
Kau sempat mengenalkan suaramu di
ruang percakapan. Disana kau dan aku dengan tabah membangun kata demi kata
hingga menciptakan narasi yang utuh dan chemistry yang mengalir.
Pada percakapan yang begitu
singkat..
Kali pertama kau membiarkanku
mendengarkan suaramu. Mempersilahkan untuk singgah di ruang-ruang terdekat di
pikiranku. Melihat perpustakaan kecil di sana untuk sekedar berbagi kisah dan
mentitipkan suaramu untuk melengkapi ruang-ruang kosong di kepalaku. Agar aku
selalu mengingat bahwa kau pernah mengunjunginya.
Pada percakapan yang begitu
singkat..
Aku memasang telinga agar dapat
bertemu dan melihat suaramu lebih dekat. Ku dengarkan dengan khidmat cerita
yang kau sampaikan. Hingga terdengar hembusan napasmu di jeda-jeda percakapan. Di
sana suara-suaramu memaksaku memejamkan kedua mata, sesekali membayangkan kau
tersenyum dan membiarkanku menunggu kisah-kisah lucu.
Pada percakapan yang begitu
singkat..
Ijinkan aku membalas tiap bait suaramu.
Tiap jeda napas yang kau hembuskan. Tiap senyuman yang mungkin sempat ada. Tiap
suara degup jantung. Tawa kecil. Dan suara hati yang mungkin tak sempat ku
dengarkan.
Pada percakapan yang akan akhiri..
Ada pesan-pesan yang tak sempat diucap dan kalimat-kalimat yang harus berpamitan. Begitupun cerita-cerita yang tak bisa dilanjutkan. Dan telinga yang harus berpisah dengan suaramu. Jika terkadang kata “singkat” memaksa waktu menghentikan sebuah percakapan, maka kubiarkan tulisan ini mengabadikan sebuah percakapan yang begitu singkat.
Ada pesan-pesan yang tak sempat diucap dan kalimat-kalimat yang harus berpamitan. Begitupun cerita-cerita yang tak bisa dilanjutkan. Dan telinga yang harus berpisah dengan suaramu. Jika terkadang kata “singkat” memaksa waktu menghentikan sebuah percakapan, maka kubiarkan tulisan ini mengabadikan sebuah percakapan yang begitu singkat.
Bogor. 11/10/2016
Andri Mulyahadi
Andri Mulyahadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar