Selasa, 07 Juli 2015

Book Addict



          Kami yang tergabung dari sekelompok mahasiswa ilmu komunikasi secara tidak langsung sepakat untuk mengikuti beberapa seminar di luar kampus kebanggaan kami, yakni Universitas Pakuan Bogor. Saya bersama enam teman saya yang lain telah mengikuti pelbagai seminar untuk sekedar mencari pengalaman sekaligus menambah wawasan dan tentunya mengoleksi pelbagai sertifikat dari seminar yang telah kami ikuti.

            Awalnya ide mengikuti seminar dari teman satu jurusan kuliah saya. Kartika, mahasiswa jurnalistik ilmu komunikasi mendapat informasi seminar dari beberapa sumber yang kemudian mengajak kami untuk mengikutinya bersama-sama. Waktu itu dia menyampaikan gagasannya:
            “ada banyak seminar diluar sana, mari kita ikuti. Seminar Pekom (Pekan Komunikasi) Universitas Indonesia yang diadakan setahun sekali, Seminar Penerbitan GPFest yang diadakan di Politeknik Negeri Jakarta, dan Seminar Kewirausahaan oleh Chairil Tanjung di Trans Studio Bandung.” 
Seminar GPFest Politeknik Negeri Jakarta
  
Seminar GPFest, Politeknik Negeri Jakarta

Seminar Chairul Tanjung, Trans Studio Bandung
           
Seminar Pekom, Univ. Indonesia
Saya menanggapi, “ayo!” tentunya bersama kawan-kawan yang lain menyetujui dengan hanya menggangguk dan tersenyum tipis. Serasa berada pada satu pemikiran dimana kami selalu tampil kompak walau terkadang bertingkah aneh dan begitulah kami.
            Dari sebuah keisengan hingga ketagihan mengikuti seminar tersebut terbentuklah kelompok seminar yang diberi nama “Para Pejuang Seminar”. Entah siapa yang memberi nama tersebut diantara tujuh mahasiswa itu (termasuk saya). Tetapi yang jelas kami menerima saja nama kelompok kami tersebut walau dengan gurauan dan tawaan.
            Pernah saat kami mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh Klub Buku Bogor (KBB) di salah satu tempat makan, yakni Salak Resto dekat Taman Kencana, Bogor, pada bulan Juni 2014 lalu. Seminar yang bertema “MeetYour
Seminar Klub Buku Bogor #MeetYourPassion

Passion” dengan sebuah taglinenya “Love What You Do, Do What You Love”, judul sebuah buku motivasi karya Ira Lathief 2014 menjadi topik pada seminar tersebut.
            Ira Lathief yang telah menyukseskan buku-buku motivasinya menjadi pembicara yang ditemani salah satu sastrawan yang tak asing lagi oleh karya-karya puisinya, yakni Krisna Pabichara, atau yang biasa kita panggil Daeng. Karya-karya puisi yang telah banyak dilantunkan di beberapa acara literasi seperti seminar ini.
            “Seberkas Rindu di Matamu, seperti cahaya cinta tertanam di dalamnya” ujar Daeng saat mengisi materi di seminar tersebut. Memang karya puisinya telah dikenal di banyak tempat khususnya di Bogor ini menjadi pamour ketika para kawan-kawan komunitas Malam Puisi Bogor melantunkan karya-karya beliau. Inilah yang menjadi kegiatan para klub buku di setiap regional wilayah dalam membuat acara. Seperti Klub Buku Bogor.
            Saya agak melodramatik untuk urusan buku. Memang ada naluri yang mengalir saat membahas tentang buku dan komunitas para pecinta buku. Terlebih hasrat yang terpendam dalam mengapresiasikan sebuah cerita baik itu cerpen, atau pun novel untuk kemudian mengirimnya kepada penerbit untuk diekspose menjadi sebuah buku. Saya yakin orang-orang yang tergabung di Klub Buku Bogor ini kebanyakan orang-orang yang telah banyak membahas soal dunia literasi dan perbukuan walau memang ruang lingkupnya di daerah Bogor.
            Ada perkataan yang memanggil saya untuk terusik di dunia buku, ketika disampaikan oleh ketua Klub Buku Bogor saat sambutan dalam seminar MyPassion ini.
 “kami akan merekrut para pengurus Klub Buku Bogor yang baru, bagi para peserta seminar yang berminat silahkan menghubungi kami”. Ujar Haqi Zou Fadillah, ketua Klub Buku Bogor yang sekaligus anggota dari komunitas Terminal Hujan Bogor.
            Teman saya, Kartika, mengusulkan untuk ikut tergabung di Klub Buku Bogor. Lalu kami pun tergabung dalam KBB. Lima dari tujuh anggota kelompok pejuang seminar ikut dalam kepengurusan KBB, saya salah satunya. Ini menjadi moment yang baik untuk menggali wawasan tentang buku dan para komunitas buku di Indonesia. Di KBB juga menjadi sarana untuk pengapresiasian tentang pengalaman menjadi seorang penulis. Hal ini yang membuka ruang untuk saya untuk lebih mendalami dunia literasi dan perbukuan. Memang mereka-mereka yang senior tergabung dalam KBB tersebut mempunyai pengalaman yang luarbiasa di dunia komunitas para pencinta buku atau mereka menyebutnya “Book Addict”.
            Di KBB, kami banyak mengenal wawasan baru dan berkenalan dengan para sahabat-sahabat penerbit di Indonesia, salah satunya penerbit buku Moka Media dari Wahyu Media Group. Penerbit spesialis novel ini sepakat untuk bekerja sama dengan Klub Buku Bogor di dunia literasi dan perbukuan membahas tentang perkembangan buku di zaman ini.
            Saya tergerak untuk berdiskusi dengan sahabat penerbit di Indonesia, tak hanya penerbit buku Moka Media, penerbit Diva Press Kampus Fiksi pun bersedia bekerja sama dengan KBB. Seperti saat Klub Buku Bogor mengadakan acara Workshop Kepenulisan Fiksi yang bertema “KreatiFiksi”, pada bulan November 2014 lalu, bekerja sama dengan penerbit buku Moka Media yang sekaligus menjadi sponsor tunggal acara kami. Kebetulan saat itu ketua dari KBB mengusulkan saya untuk menjadi ketua pelaksana acara tersebut.
            “Andri, aku nugasi kamu untuk menjadi ketua pelaksana acara Kreatifiksi ini, aku sudah mempertimbangkan segala sesuatunya dan aku berharap kamu bisa membuat acara ini sebaik mungkin.” Ujar Haqi. Dan dengan segenap kekuatan saya menanggapinya, “baik bang, mohon kerjasamanya buat semuanya, teman-teman.”
Ketua Pelaksana Workshop Kreatifiksi
            Ini merupakan kali pertama saya menjadi ketua pelaksana acara besar se-Kota Bogor dalam bidang kepenulisan. Biasanya saya menjadi ketua hanya sebatas saat masih di sekolah SMA ketika menjabat OSIS dan MPK, namun kini pengalaman dulu menjadi motivasi saya untuk mencoba amanat tersebut. Sebelumnya saya mengajukan acara tersebut ke kantor Walikota Bogor yang ditujukan langsung kepada Bapak Walikota Bogor, Bima Arya. Namun karena mungkin kekuatan saya tidak begitu besar di Kota Bogor, Sekretariat Kantor Walikota Bogor merekomendasikan untuk acara saya ini di gedung Sipatahunan, Kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor. maka saya langsung ke kantor Dinas Pendidikan untuk mengajukan rekomendasian dari Sekretariat Walikota Bogor, alhasil permohonan saya di terima dan kita sepakat untuk membuat acara Kreatifikasi ini di gedung Sipatahunan, Kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor.
            Pada acara Kreatifiksi ini saya ingin menghidupkan kekuatan para pencinta buku di Kota Bogor dengan menghadirkan pembicara sekaligus pemateri langsung dari penerbit buku Moka Media, yakni A.S Laksana, seorang sastrawan yang tak asing di dunia literasi dengan karyanya banyak dibukukan dan predikat sebagai penulis best seller buku Murjangkung dan Buku Kiat Sukses Menulis cepat 21 hari dengan Metode Hypnotic Writingspeed serta buku-buku sastra lain yang menjadi pengagum para Book Addict di Indonesia.
            Beliau bersedia untuk menjadi pembicara di acara saya, “oke, saya akan jadi pemateri untuk acara tersebut” ujar A.S Laksana. Ditemani oleh para editor Moka Media dan satu lagi pembicara untuk talkshow “Perjalanan Penulis Bogor” Adam T. Fusama yang baru menerbitkan buku keduanya yaitu “Rahasia Hujan” terbitan Moka Media.
            Saya masih harus banyak membaca buku dan mengali sebanyak-banyaknya wawasan tentang kepenulisan dan perbukuan. Begitupun teman-teman para pejuang seminar yang mungkin wawasannya tentang buku melebihi saya sendiri. Perpustakaan yang menjadi tempat bacaan saya mencari buku-buku bagus, toko-toko buku modern seperti Gramedia menjadi tempat singgahan yang asik untuk mencari referensi atau bahan bacaan saya dan kios-kios buku loak yang dulu masih eksis di sekitar kawasan Stasiun Bogor.
            Saya masih ingat betul kios-kios kecil tempat buku loak dijual menjadi langganan saya untuk mencari baik buku pelajaran maupun bacaan novel dan buku lainnya. Namun kini saya hampir jarang sekali untuk mengunjungi kios buku di sana. Setahun sebelumnya kali terakhir saya bertemu dengan penjual buku tersebut.
            “kios buku kami ini terpaksa ditutup mas, karena Kebijakan Pemerintah Kota Bogor untuk memperluas lahan PT. KAI Kota Bogor ini. Sebagian penjual buku lain berhenti berjualan dan sebagian lagi mencari lapak baru untuk membuka kios baru mereka.” itu tanggapan penjual buku langganan saya.
            Mau bagaimana lagi. Saya mesti mencari kios buku murah lagi untuk bahan bacaan saya dan memang sudah sulit mencarinya kalau sudah seperti sekarang kondisi Kota Bogor. Tapi bagaimanapun, saya pikir masih ada tempat-tempat yang menyimpan banyak stok buku selain di toko buku atau Gramedia, hanya saja keberadaannya masih belum terjamak sepenuhnya oleh para pecinta buku maupun masyarakat.
            Dan saya pikir kembali orang-orang perlu menikmati pemandangan buku-buku terpajang di rak-rak dan mereka bisa memilih buku yang mereka sukai. Dan jika ada perpustakaan di dekat rumah, atau perpustakaan tempat menyimpan koleksi buku-buku para tokoh negeri ini, sebagaimana yang diangankan oleh saya, saya akan senang sekali mengajak teman-teman berekreasi ke sana. Sampai sekarang saya masih memikirkan dimana saya bisa menemukan koleksi buku dan ilmu itu, lalu siapa kira-kira orang yang bersedia mewujudkan gagasan tersebut.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar