Senin, 03 Februari 2014

Bagaimana Rasanya di-PHP-in?


Ada yang bertanya, bagaimana rasanya di-PHP-in? gue selalu berfikir kenapa ada orang yang beranggapan demikian. Ada seseorang yang pernah bercerita sama gue tentang pertanyaan tadi. Mungkin dia belum pernah merasakannya atau mungkin setelahnya dia alami dan bertanya. Kalau perlu gue jawab, penjelasannya akan panjang. Lo lihat antrian mobil yang macetnya parah sangat? Kalo harus gue jelasin satu persatunya, itu macet gak akan jalan-jalan. Kenapa gue ngomongin tentang mobil yang terjebak macet? Terjebak bukan terkena. Karena saat mobil menghadapi macet sudah pasti terkena tapi lebih parahnya lagi terjebak. Itu akan terasa beribu rasa suntuk, kesal, sebel, dan sebagainya. Nah itu sama seperti orang yang terkena virus PHP. Kenapa gue bisa bilang itu virus? Bagaimana bisa itu berupa virus?? Berikut penjelasannya.

            Gue gak perlu lagi deh ngomongn PHP itu apa. Lo pasti udah pada tau, pernah tau, pernah denger, yang mungkin lupa, masih samar-samar, pura-pura amnesia, atau beneran gak tau, atau-atau apalah terserah. Oke gue kasih tau, PHP itu Pemberi Harapan Palsu. Gak tau itu bener atau enggak karena gue juga tau dari anak-anak remaja zaman sekarang. Sebenernya itu udah lama adanya tapi mungkin berbeda sebutannya. Sebenernya gue gak terlalu mendalami urusan seperti ini. Menurut pengalaman dan riset yang entah siapa yang meneliti bahwa PHP itu identik dengan HTS ( hubungan tanpa status ). HTS ini gue sebut hubungan gila yang gak akan mungkin berhasil. Gimana enggak lo ngapain menjalin hubungan tetapi lo gak pernah dikenal dunia. Gue tau tujuan yang HTS-an itu apa? Supaya bisa sayang-sayangan palsu, gebetan palsu tanpa adanya putus. Ini yang gue bilang gila tadi. Gimana enggak lo jadian juga enggak lo bilang gak mau putus. Sorry gue terbawa esmosi. Ini soal eksitensi diri.
            Kenapa gue bisa bilang demikian? Karena gue pernah ngerasain gimana rasanya di PHP-in. yang gue tau dan membingungkan ini yang si Pemberi harapan palsu yang jago peranan dan memanipulasi si korban atau si korban yang terlena dan terbuai harapan palsu itu saking bodohnya mungkin. Tapi gue gak termasuk korban-korban yang terbodohkan. Gue masih punya intelektual dan integritas diri terhadap hal-hal yang palsu. Seengganya gue masih bisa mencerna bagaimana harapan ini bisa menjadi luka hati. Gue pernah menjadi korban bencana PHP dan juga temen gue. Tapi gue berbeda dengan temen gue. Kalo dia karena terlalu bodoh dengan orang yg PHP-in nya. Yang PHP-in dia itu merasa gak enak dengan dia yg sebenarnya iba sih atau prihatin gue sebutnya. Dan gue gak tega buat ngebahasnya. Terlalu menyakitkan buat dia. Sebagai teman yang baik gue harus menggembok privasinya. Lalu gue bahas pengalaman gue aja. Karena ini udah terlanjur basah, karena hujan yang tiada hentinya.
            Menurut pengalaman yang gue alami, gue pernah terkena VPHP (Virus Pemberi Harapan Palsu). Jadi gue pernah merasakan cinta dengan wanita, sory cewek bukan bukan cowok, STOP!! pikiran negatifnya. Yang gue anggap mungkin cinta gue berhasil, tetapi setelah melewati masa puncak gue gagal. Gue gak harus menyebutkan inisial cewek tersebut. Gak perlu juga gue sebutin lo semua mungkin udah pada ngerti alesannya apa. Yang gak tau terserah lo mau berpikiran apa. Yang jelas gue pernah terpikat oleh seorang wanita. Saat kita melewati masa-masa yang anak remaja bilangnya Pedekate, gue merasa pelangi itu dekat dengan hati gue, awan itu tampak tersenyum pada gue, dan dunia itu tertawa melihat kemesraan kami. Pokoknya saat itu gue gak pengen pedekate gue berakhir. Karena gue merasa doi itu tulus menerima pendekatan gue. Karena gue ini tipe cowok yang setia maka dengan tulus pula gue menerima harapan yang doi berikan sama gue. Saat itu gue merasakan cinta kini berpihak pada gue. Yang sebelum sebelumnya cinta menjadi musuh gue. Tapi terkadang gue berpikir cinta itu fleksibel dan mampu memanipulasi setiap hati yang terlena, yang sedang bahagia, bahkan yang sedang patah sekalipun. Begitulah gue menyanjung cinta dengan berlebihan karena cinta sedang berpihak pada gue saat itu.
            Kembali pada cerita gue. Gue menghabiskan hari-hari bersama pujaan gue saat itu menyebutnya begitu. Oya gue hampir lupa ini kejadian saat gue awal-awal masa kuliah yang orang menyebutnya sedang gurih-gurinyoy. Terserah orang mau bilang gue apa, karena gue saat itu sedang dimanipulasi oleh dibalik kekejaman cinta. Gue merasa semua perhatian gue ke dia buat dia semakin besar memberi harapan ke gue dan gue menerimanya dengan tulus. Semua terasa indah kelihatannya, semerbak harumnya, ngefly rasanya dan istimewa adanya. Tetapi semua berubah saat negara api menyerang. Semua harapan-harapan itu, perhatian-perhatian itu hanya fiktif belaka. Dan terbakar sang raja api cinta. Karena gue gak mau bertele-tele yang akhirnya pedekate gue gagal, akhirnya gue menyatakan perasaan gue yang sebenernya dan sebuah tantangan besar, saat gue diminta gue mesti nembak di depan orang banyak sebagai saksi. Dengan ke-gentle-an gue, gue akhirnya nembak dia disana. Dan gue berharap cinta gue diterima, tetapi gue merasa cinta gue itu bakal ditolak. Tapi dengan semua yang dia berikan dan janjikan ke gue. Dia bisa terima gue. Tapi kenyataannya gue bingung dengan apa yang dia bicarakan. Dan begini kejadiannya…
            Saat gue bilang “ehm, aku mau ngomong di depan semuanya tentang apa yang pernah aku janjikan tentang perasaan aku ke kamu” ciealah gaya banget yak ngomongnya. Tapi itu apa adanya gue terucap dengan hati gue. Dia terkejut tapi gak sampai syok sih biasa aja. Gue tau dia udah tau gue bakal nembak dia. Dia masih diem dan tersenyum-senyum manja imut yang bikin gue pengen gigit. Dan dia akhirnya mengeluarkan perkataannya “kok kamu beneran ngomong sih?, apa apaan sih?” gue tau itu salah satu ngelesan. Gue melanjutin “di depan semuanya aku bilang aku suka sama kamu, dan aku merasa sayang sama kamu, entah apa yang menjadikan sesuatu itu berubah karena cinta dan…” masih panjang embel-embelnya. “maukah dirimu menjadi kekasihku, dan melalui perjalanan indah ini bersama-sama” dan jawabannya adalah…
            Dia layaknya berceramah kaya penceramah dengan kata-kata bijaknya “begini yah, aku itu gak mau pacaran, dan itu udah membuat aku cukup. Aku ingin kelak menjalin hubungan yang serius dan berumah tangga…” dan masih panjang lagi. Gak tega gue nulisnya. Gue sejenak ku terdiam dan membisu, membuatku lelah dan tanpa arah. Itu seperti lagu tapi gue gak peduli. Saat gue mendengar kata-kata yang penjang dari mulut manisnya, terdiam dan gak merasakan apa-apa kecuali bernapas. Gue bingung apa yang harus gue katakan lagi. Tapi gue harus berpikir ekstra sebelum perasaan gue memanipulasi pikiran dan otak gue. Gue harus merubah keadaan gue sebelum perasaan yang tidak gue inginkan terlambat menaipulasi seluruh pikiran dan hati gue. Gue akhirnya menghentikan pembicaraan dan mendengarkan (sebenernya gue lebih berpikir dari pada mendengarkan dia bicara apa gue lupa). Bahwa gue merasa dan berpikir bahwa…
            Gue mendengar hati kecil gue berkata “hei dri, kau harus menyadarinya bahwa cintamu baru saja ditolaknya. Pikirkan itu baik baik jangan sampai kau merasakan kegalauan yang akan membuatmu kembali membenci cinta. Aku tau kau tidak bisa berkata apa-apa tapi kau harus tau, aku selalu mendengar dan mengingatkanmu bahwa cinta mu itu takkan berhasil. Kau harus menyangkal penolakan itu menjadi musuhmu. Kau harus bisa berpikir cepat dan tepat menerima dengan lapang dada tanpa air mata. Dan selanjutnya kau harus memutuskan sendiri apa kebijaksanaanmu.”
            Begitu gue sadar dia terlalu banyak alasan. Dan gue saat itu dapat berlapang dada dan memutuskan kebijaksanaan gue. Gue berpikir kenapa dia gak langsung bilang kalau dia nolak gue, bilang aja “aku nolak kamu” itu menurut gue sudah cukup dan jelas tanpa harus ada alasan yang membosankan untuk mendengarkannya. Pilihannya dia mau terima gue apa engga itu aja. Lo tau alesan nya itu apa aja. Ya seperti tadi. Dia gak mau pacaran, dia pengennya langsung nikah, and many more.
            Berdasarkan cerita tersebut, gue males menanggapi perkataan-perkataan yang buat gue itu terlalu muna dan dibuat buat. Dengan maksud yang berbeda, seperti berikut “kamu itu terlalu baik buat aku” trus gue harus jahat gitu sama lo, “aku gak mau pacaran dulu” yak kale jangan buat orag PHP. dan wah masih banyak lagi modusan yang gue udah hafal betul. Dan kelanjutan nya dia bilang “kita jalani aja dulu, apa adanya. Jadi kita bisa sama-sama terus” begitu katanya. Karena gue terlanjut setia dan berharap ketulusannya gue mengiyakan saja dan secara langsung atau tidak langsung gue telah HTS-an sama dia sebelum dan sesudah gue menyatakan perasaan gue. Singkat cerita akhirnya HTS-an ini membuat dia bosan dan perlahan membuat sesuatu hal yang berharap gue dapat membenci dia. Walau sebenarnya gue gak bisa membencinya dan terlanjur sayang sama dia. Tapi seperti angin yang berhembus dari ufuk barat ke timur semua perhatianya hilang begitu saja dibawa angin yang kejam.
            Terbenak dalam pikiran gue bahwa apa gue mencintai orang yang salah? Apa gue salah memberikan ketulusan dan kesetiaan kepadanya? Dengan dia yang tak bisa menerima ketulusan gue? Dan perlahan muingkin dia berhasil membuat gue membenci dia, tapi sebenarnya gue gak pernah membencinya. Gue terlalu cape untuk terus mengikutinya yang tak jelas ujungnya. Dan dengan kebijaksanaan gue, gue perlahan menjauh dari kehidupannya dan bersikap biasa-biasa layaknya orang berlalu lintas saja.
            Kenapa gue bisa berubah cepat seperti itu? Itu dikarenakan ada orang ketiga yang masuk dalam cerita gue. Dan singkatnya orang tersebut menjadi idaman dia dan terkadang menjengkelkan saat mereka semakin dekat dan digosipkan bahwa mereka hampir jadian atau mungkin udah ? ah gue gak tau, gue gak terlalu kepo untuk itu. Bagi gue sudah cukup luka hati gue tergoreskan dan gue me-remove kehadiran gue di kehidupannya. Karena perlahan hati kecil gue berkata “katanya gak mau pacaran tetapi malah berharap kepada orang lain untuk menjalin hubungan. Itu alasan yang luarbiasa menakjubkan”. Dan yang membuat gue tersenyum adalah orang ketiga itu udah punya pacar dan terlintas pertanyaan dalam benak gue. Apakah yang kini dirasakan dia? Saat dahulu dia menolak gue dan kini orang ketiga itu yang dia lebih harapkan sudah punya kekasih? Ohh terlalu kejam benak gue berpikir. Tapi itu apa adanya dan banyak omongan yang terdengar di telinga gue bahwa “itu karma dri” , “itu balesan dri”. Bukan gue loh ya yang bilang tapi orang-orang disekita gue yang beranggapan seperti itu.
            Jadi kesimpulan dari cerita gue itu, gue terlalu tulus menilai seseorang, yang sebenernya gue itu orangnya pengen berusaha setia, tetapi kesetiaan dan ketulusan gue tidak pada tempatnya. Semua pengorbanan gue dihempaskan  begitu saja. Dan gue terlalu bodoh untuk setia pada orang yang tak pantas menerima cinta gue. Hati gue terlalu halus untuk merasakan luka. Dan gue gak pernah mengajari hati gue rasanya luka hati dan patah hati. Biarkan hati gue bergembira di taman hati gue tanpa merasakan sakit dan luka yang pernah tergoreskan.
            Saran untuk lo yang sudah atau belom terkena VPHP, tanamkan kebijaksaan lo pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat trus jangan ajari hati lo untuk merasakan patah hati atau luka hati yang rasanya lo tau sendiri deh. Buat yang belom terkena hati-hati deh jangan sampai lampu merah lo terobos begitu aja dan hati-hati dengan lampu kuning yang sebenarnya itu lampu jingga. Berjalanlah di lampu hijau karena itu adalah saat cinta berpihak positif terhadap lo. Jangan sampai apa yang gue alami dialami juga oleh lo. Karena saat itu gue gak melihat kapan itu lampu merah, jingga, dan hijau, di penglihatan gue semuanya gelap, bukan karena gue dibutakan oleh cinta atau kena korban PHP tapi karena saat melaju gue pake kacamata hitam. Tapi saat gue lepas kacamatanya ternyata gue sadar gue telah salah melaju dan selanjutnya gue gak akan salah melaju lagi..

*) terinspirasi dari draft novel “Daun dan Ranting yang Rapuh“ dari penulis Andri M. Pradhana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar