Bagi Kharena, sayap-sayap itu berarti sekali untuknya mencapai sesuatu di
atas sana. Tetapi ia merasa sayap-sayap itu tak tampak bahkan tak hidup,
padahal malaikat yang ia temui di dalam mimpinya itu berkata bahwa kharena
memang mempunyai sayap yang akan membawanya kesana. Semenjak pertemuannya
dengan malaikat dalam mimpinya, ia terobsesi mencari sayapnya dengan apa yang
ia tanyakan..
“sayap
itu mempunyai berjuta makna yang tak pernah habis untuk dijelaskan. Tapi
sederhananya sayap itu sebuah teman yang selalu menemaniku untuk menggapai
sesuatu di atas sana. Kata malaikat di dalam mimpiku, aku akan mendapatkan
sayap yang lebar seperti yang ada di belakang punggungnya. Bagiku itu hal yang
menakjubkan.” itu perkataan Kharena kepada teman-temannya.
“kau
ini ingin menjadi burung, atau ayam yang udah gak punya semangat untuk terbang,
atau-atau kucing kecil yang ingin terbang tapi gak punya sayap” teman-temannya
menertawakan apa yang ia ceritakan.
“aku
gak perlu jadi burung atau ayam, aku akan mencari sayapku sendiri, aku yakin
aku bisa memilikinya” Kharena memasang wajah cemberut dan pergi menuju ruang
kelasnya.
Sesuai
dengan perkiraannya Kharena selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya tentang
harapannya yang tak masuk akal itu. Dia selalu beranggapan bahwa suatu saat
nanti ia pasti akan menggapai harapannya itu dengan sayap-sayap yang ia punya.
Saat
di dalam kelas gurunya sedang menanyakan apa cita-cita muridnya itu dan mereka
berebut mengangkat tangan.
“saya
bu, saya ingin menjadi dokter, biar bisa membantu teman-teman saya yang sakit
bu” itu kata Nadia.
“saya
ingin jadi pegawai bank bu” Roky mengangkat dagunya tinggi-tinggi.
“kenapa
kamu ingin menjadi pegawai bank Roky?” gurunya bertanya.
“soalnya
saya suka menghitung uang bu, dan kata ibu saya, di bank itu tempat banyak
uang, makanya saya nanti ingin berada di sana bu” Roky menjawab dengan lugunya.
Sekilas anak-anak tertawa mendengar ucapan Roky.
Lalu Fadlan dan Fadlin berdiri dan
menjawab dengan bersama-sama.
“kalo
saya pengen jadi pilot bu.”
“saya juga bu.” Fadlin tak mau keduluan dengan
kakaknya itu.
“kenapa
Fadlan dan Fadlin ingin menjadi pilot?” ibu guru menanyakan kembali.
“saya
ingin seperti ayah saya bisa naik pesawat, terus bisa jalan-jalan keliling
dunia bu.”
”bener
bu kalo naik pesawat itu sudah jelas, terbang dengan pesawat yang keren, itu
baru menakjubkan. Bukan berhayal terbang pakai sayap” Fadlin menambahkan ucapan
kakaknya dengan mata melirik tajam kepada kharena.
Anak-anak
tertawa semua mendengar cita-cita mereka itu. Tapi tidak untuk Kharena yang
sejak tadi hanya diam dan tersenyum tipis. Itu yang membuat gurunya terheran
dan menatap Kharena.
“Rena,
kamu kenapa? ibu perhatikan kamu diam saja. Ayo cita-cita kamu ingin jadi apa?
Semua mata tertuju pada Kharena.
Kharena menatap balik gurunya dan
menatap sekeliling teman-temannya lalu mulai tersenyum sendiri.
“Rena
ingin jadi malaikat bu, punya sayap yang lebar sekali, terbang ke langit dan
menggapai harapan di sana.” Kharena berdiri dan merentangkan tangannya seperti
mengibaskan sayap-sayap merpati yang besar.
Lalu
suasana hening sejenak hingga teman-teman sekelasnya tertawa keras menertawakan
cita-cita Kharena yang tak masuk akal itu. Kharena pun duduk kembali dan
memurungkan diri.
Hingga
kelas usai tinggal Kharena dan gurunya saja yang masih di dalam kelas, kemudian
gurunya menghampiri Kharena.
“Rena,
Kenapa kamu bisa menjawab ingin menjadi malaikat?”
“yang
Rena tau, seseorang mempunyai sayap yang lebar dan bisa terbang itu disebut
malaikat. Apa itu benar bu?”
“dari
mana kamu bisa beranggapan seperti itu? Memangnya kamu sudah pernah melihat
malaikat? Malaikat itu tidak seperti yang kamu pikirkan Rena, mereka tidak bisa
terlihat tapi keberadaannya itu ada.”
“Rena
melihatnya sendiri kok bu, di dalam mimpi Rena, dia mengibaskan sayapnya lalu
terbang dan berbicara pada Rena ‘jika kau ingin menggapai harapanmu, kau harus
terbang dengan sayap-sayap yang kau punya’ begitu bu.”
Gurunya semakin bingung dengan
perkataan Kharena yang sangat terobsesi dengan malaikat bersayap itu dan arah
pikirannya yang terlalu berhayal.
“ibu
tau bagaimana aku bisa mendapatkan sayap?” pertanyaan Kharena membuat gurunya
tak bisa menjawabnya lagi.
“coba
kamu tanyakan pada orang tuamu yah, ibu ada urusan lain.”
Kharena
terheran, ia berpikir kenapa gurunya juga tidak percaya dengan apa yang ia
pikirkan, ia sengaja tidak menjawab pertanyaanya atau memang tidak tau
jawabannya. Kharena pun pulang dan menanyakan setiap orang yang ia harap bisa
menjawab pertanyaannya itu.
Saat
perjalanan pulang kharena bertemu dengan teman-temannya yang suka mengejeknya
itu.
“
hei Rena, Mana sayapmu yang lebar itu, ayo terbang… hahaha”
“hati-hati
ya, nanti jatuh loh terbang tinggi-tinggi”
Mereka tertawa saat Kharena lewat
di depan mereka dan Kharena hanya diam dan melanjutkan berjalan.
Tiba-tiba
saja kharena menghentikan langkahnya. Ia menatap sekeliling tempatnya berhenti.
Ia baru saja teringat bahwa tempat itu begitu mirip dengan tempat di dalam
mimpinya. Di pinggir sungai di atas jembatan dimana ia melihat malaikat itu
terbang mengepakan sayap mengitari bagian sisi sungai.
Kharena
berpikir ia bisa bertemu langsung dengan malaikat bersayapnya itu di tempat seperti
yang ada dalam mimpinya dan menanyakan bagaimana ia mendapakan sayap. Ternyata
ia tidak melihat malaikat di tempat itu, hanya melihat seseorang yang sedang
memancing ikan di pinggir sungai yang sebenarnya itu adalah tetangga dekat
rumahnya.
“halo
paman, paman sedang memancing ikan? Kharena menghampiri tetangganya itu.
Tetangganya
itu terkaget dengan mengangkat pancingannya lalu menengok ke arah Kharena dan
menatap dari ujung kaki hingga ujung rambut karena terheran.
“aku sedang bermain golf. Ya
memancing lah. hey Rena, memangnya kau tak lihat aku ini sedang apa? Pakai kau
tanya. Sedang apa kau disini, kenapa tidak kau pulang kerumah?”
“apa
aku boleh bertanya paman?”
“mau
kau Tanya apa?” tetangganya itu melemparkan kembali pancingannya ke sisi
sebrang sungai.
“apa
paman tau, malaikat bersayap di sekitar sungai ini?”
“apa
maksudnya kau Tanya hal itu padaku? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan
Rena.” Tetangganya itu bingung dengan pertanyaan kharena yang tidak bisa
dimengerti itu.
“aku
sedang mencari malaikat bersayap itu di sekitar sini. Ini persis seperti dalam
mimpiku bahwa aku harus menemuinya di tempat ini, paman.”
“malaikat
itu tak ada di sini, kau carilah tempat lain.” Tetangganya itu semakin bingung.
“aku
ingin bertanya, paman tau bagaimana aku bisa mendapatkan sayap?”
“hahaha…
aku tidak tau, sebaiknya kau tanyakan pada orang yang mengerti apa maksudmu
itu. Aku tak perlu sayap untuk mendapatkan ikan, aku hanya perlu pancingan dan
umpan ini untuk mendapatkannya.”
Kharena
pun meninggalkan tempat itu dan melanjutkan berjalan pulang. Ia kembali
berpikir mengapa lagi-lagi tak ada yang percaya pada ucapannya itu. Dia yakin
dia mempunyai sayap, tapi dimana? Saat hendak memasuki rumah ia berhenti dan
melihat ke belakang punggungnya lalu memegang pundaknya.
“dimana sayapku? Kenapa tidak ada? Dan
kenapa aku tidak menemukannya?”
Kharena masih penasaran dan
menanyakan kepada orang rumah. Ia melihat kakaknya sedang bermain video game kemudian ia menghampirinya.
“kak,
apa Rena boleh Tanya? Kharena duduk di sebelah kakaknya sembari menaruh tasnya.
Tapi ia melihat kakaknya sibuk dengan video
game di depan mata kakaknya.
“Tanya
apa?” pandangan kakaknya hanya terfokus pada video game yang sedang dimainkannya.
“apa
kakak tau, bagaimana rena bisa mendapatkan sayap?”
“apa?
Apa katamu, kau ini aneh bertanya seperti itu”
“apa
kakak punya sayap? Supaya bisa terbang seperti malaikat bersayap.”
“aku
tak perlu sayap, aku hanya perlu senjata yang hebat untuk melawan musuh-musuh
ini.”
Kharena
semakin bingung lagi, kepada siapa lagi ia mendapatkan jawaban atas apa yang ia
pikirkan itu. Sepintas ia tau kepada siapa ia harus menanyakan pertanyaannya. Ia
bergegas menghampiri ayahnya yang sedang menghitung berkas-berkas kantornya.
“ayah..”
kharena mendadak mencium ayahnya.
“eh
Rena, kamu baru pulang? Dari mana saja kamu sore begini baru pulang? Bagaimana sekolahmu
tadi?”
“aku
bingung yah, kenapa setiap orang menertawakan Rena, teman-teman Rena begitupun
guru Rena sendiri”
“memangnya
kamu ditertawakan kenapa, jangan bikin ayah makin bingung, ayah sedang menghitung”
“Rena
mau Tanya yah, apa ayah tau, bagaimana aku bisa mendapatkan sayap?” Kharena
menanyakan pertanyaan itu lagi.
“kamu
itu ada-ada saja, untuk apa kamu perlu sayap, kamu itu bukan burung, sayang,
kamu anak ayah”
“untuk
terbanglah yah, seperti malaikat bersayap yang aku lihat di dalam mimpiku, ia
berpesan pada Rena untuk terbang ke atas sana”
“kamu
ini terlalu banyak berhayal, sayang. Rena mimpi itu hanya bunga tidur, tidak
benar-benar terjadi. Jadi malaikat sayap itu tidak ada. Kamu mengerti”
“Rena
serius yah, apa ayah punya sayap seperti malaikat bersayap itu”
“hahah…
ayah tak perlu sayap, sayang. Ayah hanya perlu uang untuk makan kita semua.”
Kharena
kini berhenti menanyakan tentang sayapnya itu. Di dalam kamarnya ia membuka
jendela dan menatap langit penuh bintang dan rembulan yang terang menghias sang
malam. Ia mencoba bertanya pada bintang-bintang kecil di atas sana.
“mengapa
setiap orang tidak mau percaya padaku, aku ini tidak berbohong kan. Mereka bilang
aku ini tukang berhayal dan selalu mengada-ada tentang malaikat bersayap. mengapa
setiap orang tidak ingin punya sayap? Padahal malaikat bersayap itu bicara
padaku dengan sayap yang kita punya kita bisa menggapai harapan kita di atas
sana. Kalau begitu, bagaimana aku bisa mendapatkan sayap? Apa aku tidak akan
pernah mendapatkan sayap?”
Disaat
Kharena melamun sejenak, tiba-tiba sang malaikat Rena itu menghampiri Kharena dan
menjawab atas kebimbangannya itu.
“Kharena,
kamu tau malaikat bersayap itu seperti apa?” Kharena terheran dan melihat wajah
malaikatnya itu tersenyum penuh harapan.
“aku
tahu, dia yang ada di dalam mimpiku saat itu dan memberiku harapan.”
“ia
tak hanya ada dalam mimpimu saja, tapi ia yang selalu melindungimu kapanpun
kamu butuh.”
“benarkah?
Tapi malaikat itu terbang lalu bagaimana aku bisa ikut, aku sendiri tidak punya
sayap untuk terbang. Bagaimana aku bisa mendapatkan sayap?”
“perlu
kamu ketahui Rena, kamu sebenarnya tidak butuh sayap untuk terbang, itu terlalu
jauh untuk kamu menggapai impianmu. Kamu sudah mempunyai sayap-sayap itu Rena.”
“dimana?
Aku tidak melihatnya.” Kharena semakin bingung, malaikat Rena semakin tersenyum
melihatnya.
“sayap-sayap
indahmu itu berada di dalam hatimu, sayang. Itu berupa kesungguhan hatimu,
ketulusan hatimu, semangatmu, kerja kerasmu, dan doa-doa yang selalu kamu
lantunkan untuk terus belajar dan mengejar impian dan cita-citamu.”
“lalu
aku tidak terbang?”
“tentu
kamu sedang terbang saat ini. kamu sedang menaiki tangga harapanmu diatas sana.
Jadi kamu harus belajar yang rajin ya, sayang.”
“iya
bunda, Rena mengerti.”
“itu
baru malaikat kecil bunda, tidur yang nyenyak ya, sayang. Besok kamu harus
sekolah pagi.”
“iya
bunda…”
Kharena
kini mengerti bahwa sebenarnya ia tak perlu sayap nyata untuk bisa terbang
menuju ke impiannya itu. Ia tau bahwa sayapnya itu ada di dalam tekad yang kuat
untuk belajar menjadi yang terbaik.
Dan
kini ia baru tau bahwa malaikat yang bersayap yang ia temui di dekat sungai di
dalam mimpinya itu hanyalah pemulung barang bekas yang memikul karung yang ia
anggap itu adalah sayapnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar