Senin, 07 Juli 2014

Sayap-sayap Kharena

Bagi Kharena, sayap-sayap itu berarti sekali untuknya mencapai sesuatu di atas sana. Tetapi ia merasa sayap-sayap itu tak tampak bahkan tak hidup, padahal malaikat yang ia temui di dalam mimpinya itu berkata bahwa kharena memang mempunyai sayap yang akan membawanya kesana. Semenjak pertemuannya dengan malaikat dalam mimpinya, ia terobsesi mencari sayapnya dengan apa yang ia tanyakan..



         “sayap itu mempunyai berjuta makna yang tak pernah habis untuk dijelaskan. Tapi sederhananya sayap itu sebuah teman yang selalu menemaniku untuk menggapai sesuatu di atas sana. Kata malaikat di dalam mimpiku, aku akan mendapatkan sayap yang lebar seperti yang ada di belakang punggungnya. Bagiku itu hal yang menakjubkan.” itu perkataan Kharena kepada teman-temannya.

       “kau ini ingin menjadi burung, atau ayam yang udah gak punya semangat untuk terbang, atau-atau kucing kecil yang ingin terbang tapi gak punya sayap” teman-temannya menertawakan apa yang ia ceritakan.

     “aku gak perlu jadi burung atau ayam, aku akan mencari sayapku sendiri, aku yakin aku bisa memilikinya” Kharena memasang wajah cemberut dan pergi menuju ruang kelasnya.

        Sesuai dengan perkiraannya Kharena selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya tentang harapannya yang tak masuk akal itu. Dia selalu beranggapan bahwa suatu saat nanti ia pasti akan menggapai harapannya itu dengan sayap-sayap yang ia punya.

    Saat di dalam kelas gurunya sedang menanyakan apa cita-cita muridnya itu dan mereka berebut mengangkat tangan.

     “saya bu, saya ingin menjadi dokter, biar bisa membantu teman-teman saya yang sakit bu” itu kata Nadia.

     “saya ingin jadi pegawai bank bu” Roky mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

     “kenapa kamu ingin menjadi pegawai bank Roky?” gurunya bertanya.

    “soalnya saya suka menghitung uang bu, dan kata ibu saya, di bank itu tempat banyak uang, makanya saya nanti ingin berada di sana bu” Roky menjawab dengan lugunya. Sekilas anak-anak tertawa mendengar ucapan Roky.

Lalu Fadlan dan Fadlin berdiri dan menjawab dengan bersama-sama.

      “kalo saya pengen jadi pilot bu.”

      “saya juga bu.” Fadlin tak mau keduluan dengan kakaknya itu.

      “kenapa Fadlan dan Fadlin ingin menjadi pilot?” ibu guru menanyakan kembali.

      “saya ingin seperti ayah saya bisa naik pesawat, terus bisa jalan-jalan keliling dunia bu.”

     ”bener bu kalo naik pesawat itu sudah jelas, terbang dengan pesawat yang keren, itu baru menakjubkan. Bukan berhayal terbang pakai sayap” Fadlin menambahkan ucapan kakaknya dengan mata melirik tajam kepada kharena.

    Anak-anak tertawa semua mendengar cita-cita mereka itu. Tapi tidak untuk Kharena yang sejak tadi hanya diam dan tersenyum tipis. Itu yang membuat gurunya terheran dan menatap Kharena.

     “Rena, kamu kenapa? ibu perhatikan kamu diam saja. Ayo cita-cita kamu ingin jadi apa? Semua mata tertuju pada Kharena.

Kharena menatap balik gurunya dan menatap sekeliling teman-temannya lalu mulai tersenyum sendiri.

      “Rena ingin jadi malaikat bu, punya sayap yang lebar sekali, terbang ke langit dan menggapai harapan di sana.” Kharena berdiri dan merentangkan tangannya seperti mengibaskan sayap-sayap merpati yang besar.

   Lalu suasana hening sejenak hingga teman-teman sekelasnya tertawa keras menertawakan cita-cita Kharena yang tak masuk akal itu. Kharena pun duduk kembali dan memurungkan diri.

   Hingga kelas usai tinggal Kharena dan gurunya saja yang masih di dalam kelas, kemudian gurunya menghampiri Kharena.

     “Rena, Kenapa kamu bisa menjawab ingin menjadi malaikat?”

   “yang Rena tau, seseorang mempunyai sayap yang lebar dan bisa terbang itu disebut malaikat. Apa itu benar bu?”

   “dari mana kamu bisa beranggapan seperti itu? Memangnya kamu sudah pernah melihat malaikat? Malaikat itu tidak seperti yang kamu pikirkan Rena, mereka tidak bisa terlihat tapi keberadaannya itu ada.”

   “Rena melihatnya sendiri kok bu, di dalam mimpi Rena, dia mengibaskan sayapnya lalu terbang dan berbicara pada Rena ‘jika kau ingin menggapai harapanmu, kau harus terbang dengan sayap-sayap yang kau punya’ begitu bu.”

Gurunya semakin bingung dengan perkataan Kharena yang sangat terobsesi dengan malaikat bersayap itu dan arah pikirannya yang terlalu berhayal.

   “ibu tau bagaimana aku bisa mendapatkan sayap?” pertanyaan Kharena membuat gurunya tak bisa menjawabnya lagi.

      “coba kamu tanyakan pada orang tuamu yah, ibu ada urusan lain.”

     Kharena terheran, ia berpikir kenapa gurunya juga tidak percaya dengan apa yang ia pikirkan, ia sengaja tidak menjawab pertanyaanya atau memang tidak tau jawabannya. Kharena pun pulang dan menanyakan setiap orang yang ia harap bisa menjawab pertanyaannya itu.

      Saat perjalanan pulang kharena bertemu dengan teman-temannya yang suka mengejeknya itu.

      “ hei Rena, Mana sayapmu yang lebar itu, ayo terbang… hahaha”

      “hati-hati ya, nanti jatuh loh terbang tinggi-tinggi”

Mereka tertawa saat Kharena lewat di depan mereka dan Kharena hanya diam dan melanjutkan berjalan.

       Tiba-tiba saja kharena menghentikan langkahnya. Ia menatap sekeliling tempatnya berhenti. Ia baru saja teringat bahwa tempat itu begitu mirip dengan tempat di dalam mimpinya. Di pinggir sungai di atas jembatan dimana ia melihat malaikat itu terbang mengepakan sayap mengitari bagian sisi sungai.

      Kharena berpikir ia bisa bertemu langsung dengan malaikat bersayapnya itu di tempat seperti yang ada dalam mimpinya dan menanyakan bagaimana ia mendapakan sayap. Ternyata ia tidak melihat malaikat di tempat itu, hanya melihat seseorang yang sedang memancing ikan di pinggir sungai yang sebenarnya itu adalah tetangga dekat rumahnya.

       “halo paman, paman sedang memancing ikan? Kharena menghampiri tetangganya itu.

     Tetangganya itu terkaget dengan mengangkat pancingannya lalu menengok ke arah Kharena dan menatap dari ujung kaki hingga ujung rambut karena terheran.

     “aku sedang bermain golf. Ya memancing lah. hey Rena, memangnya kau tak lihat aku ini sedang apa? Pakai kau tanya. Sedang apa kau disini, kenapa tidak kau pulang kerumah?”

      “apa aku boleh bertanya paman?”

      “mau kau Tanya apa?” tetangganya itu melemparkan kembali pancingannya ke sisi sebrang sungai.

      “apa paman tau, malaikat bersayap di sekitar sungai ini?”

   “apa maksudnya kau Tanya hal itu padaku? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan Rena.” Tetangganya itu bingung dengan pertanyaan kharena yang tidak bisa dimengerti itu.

    “aku sedang mencari malaikat bersayap itu di sekitar sini. Ini persis seperti dalam mimpiku bahwa aku harus menemuinya di tempat ini, paman.”

      “malaikat itu tak ada di sini, kau carilah tempat lain.” Tetangganya itu semakin bingung.

      “aku ingin bertanya, paman tau bagaimana aku bisa mendapatkan sayap?”

      “hahaha… aku tidak tau, sebaiknya kau tanyakan pada orang yang mengerti apa maksudmu itu. Aku tak perlu sayap untuk mendapatkan ikan, aku hanya perlu pancingan dan umpan ini untuk mendapatkannya.”

      Kharena pun meninggalkan tempat itu dan melanjutkan berjalan pulang. Ia kembali berpikir mengapa lagi-lagi tak ada yang percaya pada ucapannya itu. Dia yakin dia mempunyai sayap, tapi dimana? Saat hendak memasuki rumah ia berhenti dan melihat ke belakang punggungnya lalu memegang pundaknya.

       “dimana sayapku? Kenapa tidak ada? Dan kenapa aku tidak menemukannya?”

     Kharena masih penasaran dan menanyakan kepada orang rumah. Ia melihat kakaknya sedang bermain video game kemudian ia menghampirinya.

     “kak, apa Rena boleh Tanya? Kharena duduk di sebelah kakaknya sembari menaruh tasnya. Tapi ia melihat kakaknya sibuk dengan video game di depan mata kakaknya.

       “Tanya apa?” pandangan kakaknya hanya terfokus pada video game yang sedang dimainkannya.

       “apa kakak tau, bagaimana rena bisa mendapatkan sayap?”

       “apa? Apa katamu, kau ini aneh bertanya seperti itu”

       “apa kakak punya sayap? Supaya bisa terbang seperti malaikat bersayap.”

       “aku tak perlu sayap, aku hanya perlu senjata yang hebat untuk melawan musuh-musuh ini.”

       Kharena semakin bingung lagi, kepada siapa lagi ia mendapatkan jawaban atas apa yang ia pikirkan itu. Sepintas ia tau kepada siapa ia harus menanyakan pertanyaannya. Ia bergegas menghampiri ayahnya yang sedang menghitung berkas-berkas kantornya.

        “ayah..” kharena mendadak mencium ayahnya.

      “eh Rena, kamu baru pulang? Dari mana saja kamu sore begini baru pulang? Bagaimana sekolahmu tadi?”

       “aku bingung yah, kenapa setiap orang menertawakan Rena, teman-teman Rena begitupun guru Rena sendiri”

         “memangnya kamu ditertawakan kenapa, jangan bikin ayah makin bingung, ayah sedang menghitung”

       “Rena mau Tanya yah, apa ayah tau, bagaimana aku bisa mendapatkan sayap?” Kharena menanyakan pertanyaan itu lagi.

       “kamu itu ada-ada saja, untuk apa kamu perlu sayap, kamu itu bukan burung, sayang, kamu anak ayah”

      “untuk terbanglah yah, seperti malaikat bersayap yang aku lihat di dalam mimpiku, ia berpesan pada Rena untuk terbang ke atas sana”

        “kamu ini terlalu banyak berhayal, sayang. Rena mimpi itu hanya bunga tidur, tidak benar-benar terjadi. Jadi malaikat sayap itu tidak ada. Kamu mengerti”

        “Rena serius yah, apa ayah punya sayap seperti malaikat bersayap itu”

        “hahah… ayah tak perlu sayap, sayang. Ayah hanya perlu uang untuk makan kita semua.”

      Kharena kini berhenti menanyakan tentang sayapnya itu. Di dalam kamarnya ia membuka jendela dan menatap langit penuh bintang dan rembulan yang terang menghias sang malam. Ia mencoba bertanya pada bintang-bintang kecil di atas sana.

       “mengapa setiap orang tidak mau percaya padaku, aku ini tidak berbohong kan. Mereka bilang aku ini tukang berhayal dan selalu mengada-ada tentang malaikat bersayap. mengapa setiap orang tidak ingin punya sayap? Padahal malaikat bersayap itu bicara padaku dengan sayap yang kita punya kita bisa menggapai harapan kita di atas sana. Kalau begitu, bagaimana aku bisa mendapatkan sayap? Apa aku tidak akan pernah mendapatkan sayap?”

       Disaat Kharena melamun sejenak, tiba-tiba sang malaikat Rena itu menghampiri Kharena dan menjawab atas kebimbangannya itu.

     “Kharena, kamu tau malaikat bersayap itu seperti apa?” Kharena terheran dan melihat wajah malaikatnya itu tersenyum penuh harapan.

      “aku tahu, dia yang ada di dalam mimpiku saat itu dan memberiku harapan.”

      “ia tak hanya ada dalam mimpimu saja, tapi ia yang selalu melindungimu kapanpun kamu butuh.”

      “benarkah? Tapi malaikat itu terbang lalu bagaimana aku bisa ikut, aku sendiri tidak punya sayap untuk terbang. Bagaimana aku bisa mendapatkan sayap?”

      “perlu kamu ketahui Rena, kamu sebenarnya tidak butuh sayap untuk terbang, itu terlalu jauh untuk kamu menggapai impianmu. Kamu sudah mempunyai sayap-sayap itu Rena.”

    “dimana? Aku tidak melihatnya.” Kharena semakin bingung, malaikat Rena semakin tersenyum melihatnya.

      “sayap-sayap indahmu itu berada di dalam hatimu, sayang. Itu berupa kesungguhan hatimu, ketulusan hatimu, semangatmu, kerja kerasmu, dan doa-doa yang selalu kamu lantunkan untuk terus belajar dan mengejar impian dan cita-citamu.”

        “lalu aku tidak terbang?”

      “tentu kamu sedang terbang saat ini. kamu sedang menaiki tangga harapanmu diatas sana. Jadi kamu harus belajar yang rajin ya, sayang.”

        “iya bunda, Rena mengerti.”

        “itu baru malaikat kecil bunda, tidur yang nyenyak ya, sayang. Besok kamu harus sekolah pagi.”

        “iya bunda…”

    Kharena kini mengerti bahwa sebenarnya ia tak perlu sayap nyata untuk bisa terbang menuju ke impiannya itu. Ia tau bahwa sayapnya itu ada di dalam tekad yang kuat untuk belajar menjadi yang terbaik.

       Dan kini ia baru tau bahwa malaikat yang bersayap yang ia temui di dekat sungai di dalam mimpinya itu hanyalah pemulung barang bekas yang memikul karung yang ia anggap itu adalah sayapnya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar