Rabu, 25 Desember 2013

Manusia dalam Ambang Kebingungan

          Ada saatnya manusia berada dalam ambang kebingungan. Mengapa demikian? kala manusia disuguhkan dalam sebuah persimpangan. Sesuatu yang menganggapnya itu pilihan pilihan yang mana membawanya ke arah kebaikan atau keburukan.
Terkadang hidup itu terus saja berjalan yang seolah tak punya tujuan yang pasti. Manusia itu tetap berjalan walau dia berhenti dalam sebuah persimpangan, dia hanya berfikir kearah mana manusia itu harus berjalan. apa yang ada dalam benak kita tertuju langsung dengan apa yang kadang kita lihat didepan mata. Misalnya saat hendak ke arah kanan ada jurang atau hendak ke kiri ada sungai apa yang akan dia lakukan setidaknya pikirannya ia minimalisir kemana arah yang menurutnya beresiko kecil entah itu ke sungai, ke jurang, atau terus berjalan. Yang salah itu adalah yang diam saja tidak bergerak.
          Seperti ada seorang pria yang kebingungan, tak tahu kemana arah ia akan melanjutkan jalannya. Perlu diketahui bahwa saat kita sedang berjalan dan tak pernah henti walau itu pelan atau cepat dan saat hendak kita melihat ada dua persimpangan didepan mata, disitu kita harus bisa berfikir cepat disaat krisis jika salah satu pilihan itu memberatkan mau tidak mau kita harus memilihnya. Tak banyak waktu untuk kita berfikir atau jika tidak kita akan terus berjalan tanpa memilih kemana arah persimpangan itu. Dan tahu apa yang ada didepan kita? yaitu jurang yang sangat dalam dan itu resiko yang sangat fatal. Pria ini tak tahu kemana ia harus melangkah dia mempunyai dua pilihan sulit antara memilih orang tuanya sendiri atau isterinya sendiri. Singkat cerita si orangtua ingin ia berada terus dihari hari tuanya dan sering sering merawat orangtuanya yang sudah tua. Dan disatu sisi si isteri ingin mendapatkan perhatian dan tanggung jawab suaminya di lain sisi orangtua dan isteri sedang tidak rukun. Pria ini berada dalam ambang kebingungan saat dia harus memilih kemana ia harus berjalan. Bila ia ke orangtua si isteri tidak menginginkannya bila ia ke si isteri orangtuanya lebih membencinya dan tak mungkin ia harus bersama sama membagi tanggung jawabnya itu di tambah lagi berat ke anak jika harus meninggalkan keluarganya tapi disisi lain ia tak ingin menjadi anak yang durhaka seperti malin kundang. yang pada akhirnya pria itu stress dia mengabaikan semuanya dan tidak perduli pada dunia. Ia merenung di pinggir jalan dan tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tak bisa terus seperti ini yang lama kelamaan ia akan masuk jurang tadi. saat mencoba berfikir ia menatap setiap arus kendaraan malan yang melaju sangat kencang. Dan merekan mempunyai tujuan yang jelas karena jalanannya itu ia lihat saat kendaaraan melintasi jalur tol yang sudah tertera arah dan tujuannya itu tidak disuguhkan kemana arah tujuan anda Tebet atau Kuningan? semuanya sudah pada jalur yang sudah ditentukan tinggal mereka bersiap siap mengambil jalur arah tujuannya masing masing. Jika ia masih bingung harus kemana dan bagaimana, ia akan melewati jalur tol yang salah dan itu tak bisa membalikan keadaan dengan mudah butuh waktu dan proses yang menyulitkan dalam istilah forbidden dan itu akan melanggar rambu lalu lintas.
          Saat ia menatap ke langit ia mendapat pencerahan yang setidaknya meringankan pilihannya itu. Bagaimana ia itu harus bersifat adil. Adil disini bukan seimbang dan tidak memilih milih, tapi adil yang bisa memempatkan sesuatu pada tempatnya. Bagaimana ia bisa mendayung dengan dua tiga pulau terlampaui. Ia berikan yang terbaik untuk orang tuanya dan beri kan tanggung  jawab untuk isteri dan anaknya dan ia harus sabar menjalani hidup ini. Karena hidup yang sebenarnya itu baru saja dimulai dari kamu yang hanya diam saja memilih bergerak atau diam saja seperti sampah yang diabaikan tidak seperti makan tanpa adanya rasa yang melengkapinya.
          Manusia sebenarnya tidak berada dalam kebingungan hanya berada dalam kebimbangan yang ia harus putuskan dari keraguannya itu. Apapun yang manusia ambil pilihan itu pasti pilihan terbaik dan yang tahu itu semua hanyalah diri kita sendiri. Tidak orang lain tidak siapapun. Kita yang memilih kita juga yang menjalani bukan orang lain jadi lakukanlah dan pilihlah apa yang menurutmu itu baik bukan kata orang itu baik karena bisa saja orang lain hanya ingin kau berada dalam kesusahan yang amat mendalam. maka dari itu, pilihlah dan baik baiklah mengambil keputusan jangan sampai kita terjebak di lubang yang telah kita buat sendiri. karena tak ada lubang yang lain yang kita sendiri tidak tahu sedalam apa itu. Jadilah pribadi yang teguh dan santun dan tetap berada dalam kejujuran dan kesabaran karena saat kita dalam kebaikan tidak akan ada akhir yang buruk pasti akan ada saatnya bahagia. Mungkin sekarang, besok , lusa, atau kapan tak tahu. yang benar kita harus bisa berfikir cepat saat krisis sebelum kita semua terlambat karena tak ada penyesalan yang datangnya duluan. Semua itu berawal dari permulaan hingga akhirnya berhasil diakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar