Kamis, 03 Maret 2016

Misal Aku Jadi Hujan



“Misal kamu jadi hujan, apa yang akan kamu lakukan?” Ia bertanya kepadaku.

“Tentu aku akan cepat reda dan pergi jauh-jauh.” Singkatku.

Dia tertawa sambil memejamkan matanya. Aku melihat wajahnya, ia beranggapan seolah ada yang lucu dibalik perkataanku itu. Sambil menunggu hujan reda, kami duduk di beranda sekolah dan bercerita kecil.

“Kenapa kamu tertawa, memangnya ada yang lucu?” aku merayu.

“Aku tahu, kamu berkata demikian karena tak ingin kebasahan kan? Hujan membuatmu menjadi orang aneh ketika mereka membasahimu.”

Dia masih tertawa, sedang aku tersenyum melihatnya tertawa. Ku julurkan tanganku ke arah hujan dan menatap langit, berharap butiran air itu cepat berlalu.

“Kalau hujan ini masih belum reda juga, kapan aku bisa pulang? Pasti sekarang orangtuaku sedang menungguku di rumah.”

“Besok kamu  benar mau pergi ke luar kota?” 

“Ya, aku ikut ayahku karena beliau mendapat tugas di luar kota untuk jangka waktu yang lama. Dan kemungkinan aku akan kuliah di sana.”

Aku kembali duduk di sebelahnya. Namun aku tak melihat tawa renyahnya lagi. Ia hanya tersenyum, aku tahu ada yang berbeda dari senyuman itu.

“Berarti kamu akan pindah rumah dan gak akan kembali lagi kesini dong.” Ia tersenyum tipis. Aku hanya mengangguk dan menatap hujan.

“Kalau kamu, misal kamu jadi hujan, apa yang akan kamu lakukan?” kini aku yang bertanya kepadanya.

“Misal aku jadi hujan, aku tidak akan berhenti menjatuhkan butiran-butiran ini, meski pada akhirnya aku harus melakukannya, aku akan izin kepada Tuhan untuk menundanya sehari ini saja,  setidaknya aku ingin memberi waktu lebih kepada dua orang yang duduk di sana untuk menghabiskan waktu bersama, sebelum salah satu dari mereka akan meninggalkannya pergi.

Rabu, 02 Maret 2016

Problematika Mahasiswa Tradisional dan Post-modern di Indonesia


Oleh : Andri Mulyahadi
 
            Mari bersantai sejenak, dari tugas kuliah maupun pekerjaan yang mungkin membuat pikiran kita agak jenuh. Dengan melakukan relaksasi yang benar, maka akan membuat pikiran menjadi lebih tenang dan mengurangi risiko kejenuhan yang menyerang otak. Karena ketika otak sedang dalam keadaan jenuh, kita sulit mengimpuls hal positif yang akan diterima oleh panca indera kita. Maka dari itu biarkan tulisan ini mengalir sebagai renungan dari kehidupan realitas mahasiswa di Indonesia.

            Apa sebenarnya yang melatarbelakangi dan membedakan mahasiswa tradisional, modern hingga post-modern terhadap probelmatika yang terjadi?