Sesuatu yang tampak terang dari
kegelapan hanya ada pada malam hari. Dan mereka bersinar-sinar untuk menutupi
gulita yang menyerang malam. Kau tahu, malam sebenarnya takut pada kegelapan.
Bukan untuk dipungkiri karena disana mereka tak ingin berselimut dengan
kegelisahan.
Apakah
kau tahu filosofi mengapa banyak bintang dan hadirnya bulan di malam hari?
Mengapa tidak datang siang atau sore? Dan yang pernah kau lihat atau sedang kau
amati mereka bersinar hanya di malam hari. itulah alasan mengapa malam takut
pada kegelapan. Bintang-bintang yang mahabesar yang kau anggap kecil, imut, dan
indah itu sebenarnya material yang amat besar bahkan melebihi matahari. Hanya
saja mereka selalu iba melihat kemurungan malam yang terkadang bersedih. Mereka
yang jaraknya bermiliyaran kilo atau bahkan tidak bisa kita talar dengan
perhitungan akal manusia biasa, bisa mewakili seberkas cahaya untuk malam,
setidaknya setitik cahaya indah yang kita anggap itu bintang dengan lima sudut
ruas disekelilingnya. Sungguh menakjubkan bukan?
Tak
hanya bintang-bintang yang menghiasi kegelisahan malam, ada cahaya lembut yang
diam diam tersenyum untuk malam di antara titik-titik terang tersebut. Dia
terkadang datang saat bintang-bintang itu bertebaran. Kadang berwujud sempurna,
kadang hanya sebatas tersenyum tipis. Dialah yang biasa kita bilang sang
rembulan. Cahaya yang paling besar dari semua yang ada di malam, itu yang kita
anggap demikian bukan ? Padahal rembulan hanya berjarak beberapa kilo saja dari
malam, tapi yang membuat kau tertipu adalah ia sebenarnya tak punya cahaya
sedikitpun. Kau tau mengapa demikian ? darimana rembulan itu mendapatkan cahaya
? ya, hanya para bintang yang memancarkan cahayanya, dan mereka enggan
memberikan cahaya mereka kepada siapapun, termasuk rembulan itu.
Tapi ada satu
bintang yang tak rela melihatnya gelap, yaitu matahari. Bukan karena iba atau
mencintai rembulan itu, tapi matahari itu ingin sekali menerangi malam, ia
ingin sekali berada di tengah-tengah kesedihan malam, tapi ia tidak pernah bisa
melakukannya, maka dari itu ia memberikan sebagian cahayanya kepada rembulan
untuk menerangi malam. Setidaknya matahari bisa melihat malam itu sedikit
tersenyum.
Malam
itu kadang terlupakan. Jauh dari pandangan orang-orang. Bagaimana tidak? jika
malam punya hati pasti dia akan menangis, dan jika kau pahami mereka memang
sedang bersedih. Karena tak selamanya malam itu bahagia. Mereka ingin sekali
menangis, tapi ia tak berdaya, bagaimana tidak, air mata pun ia tak
memilikinya, maka dari itu, ada yang diam-diam membencinya, mereka selalu
datang diam-diam dan perlahan mengagetkan apapun yang memperhatikannya. Itu lah
awan hitam. Begitu cepat menutupi sahabat awan putih lainnya, dan menghalangi
apapun yang bukan menjadi tujuannya. Kau tahu kenapa? mereka ingin membuat malam
itu “ketakutan”.
Kau
tahu apa yang ditakutkan malam, kegelapan. Mereka sengaja menghilangan
cahaya-cahaya yang mengelilingi malam. Mereka ingin menunjukan kepada
orang-orang bahwa malam itu menakutkan. Mereka dengan cepat menutupi bintang
dan rembulan yang tengah asik bersenandung bersama malam, tapi awan hitam itu
tak rela jika malam itu bahagia. Kau tahu apa yang akan mereka lakukan?
Ya,mereka mengirimkan serdadu hujan yang amat deras dan dingin dan terkadang
menghantarkan petir dan Guntur yang menggemuruh seolah membelah dunia. Itu yang
sebenarnya tak ingin dialami oleh malam.
Malam
sebenarnya tak ingin membuat takut siapapun yang memuja malam. Ia ingin sekali
membuat semua orang bisa menikmati malam, berkumpul bersama keluarga, menikmati
indahnya malam bersama kekasih, bersama makhluk indah lainnya berselimutkan
malam penuh cahaya. Tapi itu tadi, kadang pemandangan indah itu tiba-tiba saja
hilang seketika. Ini bukan kemauan malam ataupun para penikmat malam. Ada yang
diam-diam iri pada kebahagian malam, para awan hitam itu bergelut melucuti
pesona malam. Dengan sekejap mereka menutupi keindahan malam, bahkan mereka
menakuti para penikmat malam dan menghadirkan kesedihan dan kekhawatiran bagi
semua orang.
Kini
malam kembali pada kesendiriannya, hening dan berhemuskan angin yang hanya
lewat mendinginkan malam. Lagi-lagi kebahagiannya hanya sesaat. Sebenarnya ia
masih ingin bersenandung bersama cahaya-cahaya tadi. Tapi ketika itu, lagi-lagi
ada sesuatu yang merebut kebahagiannya hingga ia kembali datang, dan begitu
seterusnya. Malam tak pernah menyukainya, jauh sebelum ia dipertemukan oleh
waktu. Tapi mengapa waktu malah membiarkan keindahan malam direnggut begitu
saja, kurasa waktu pun tak berdaya. Karena itu ada alasan kenapa malam tidak
pernah menyukainya.
Inilah
alasannya, malam sebenarnya tidak pernah menyukai pagi, apa kau tahu? bisa
dibilang malam phobia pada empat huruf yang namanya pagi. Kau tahu mengapa
demikian? Bukan hal aneh jika kau bisa mempelajari hal diantara malam dan pagi.
Disitulah jawaban dari kegelisahan malam selama ini. Bagi malam, pagi itu
bersifat tamak dan suka merengut waktu siapa saja, ia mampu menipu semua orang,
kadang kita sendiri sering tertipu olehnya. Orang-orang yang tidak pernah
menyukai malam, dia yang sering tertipu oleh pagi. Apakah kau pernah tertipu
oleh pagi?. Bagaimana tidak? Coba kau pikirkan? Terkadang kau menganggap pagi
itu indah, pagi itu sejuk, pagi itu berseri, pagi itu membuat semua orang
terhanyut dalam keindahan, pagi pagi itu bunga bermekaran, burung-burung
berkicauan, bersuka ria. Ya, hampir semua orang memang beranggapan demikian,
begitu juga dengan kau kah?
Mari
kita pahami pembelaan malam. Pagi memang mampu menipu semua orang, tapi ia tak
bisa menipu malam. Kau tau mengapa bintang-bintang dan sang rembulan hanya ada
pada malam hari? Itu pertanyaan tadi, tapi inilah faktanya malam. Para cahaya
itu memang ada pada malam hari, tetapi saat waktu menghentikan malam, pagi itu
dengan sedetik, bahkan sekejap, menghilangkan malam. Kau tahu apa? Pagi mulai
menipu sebagian orang, bahkan semua pemuja malam. Pagi dengan santainya merebut
keindahan malam, ia membawa para pencahaya itu dan apa? Pagi bersandiwara
menjadi malam, ia pura-pura menjadi malam yang gelap gulita, dan itulah awal
mula kita menyebutnya tengah malam.
Ini
bukan sosok malam yang kejam, yang kita sebut tengah malam. Dimana pagi
bersandiwara menjadi malam dan menakuti para pemuja malam atau bahkan terhanyut
dalam tengah malam. Kau tahu apa? Tengah malam yang kau sebut itu, sebenarnya
adalah akhir dari malam. Malam tak bisa berbuat apa-apa. Ia sering dianggap
waktu mistis oleh orang-orang. Padahal itu adalah pagi, tapi ia berwujud
sebagai malam. Itu karena kau tak menyadarinya.
Mau
tidak mau malam pun harus rela dalam perputaran periode yang entah sampai kapan
itu akan berakhir. Tapi yang pasti ia akan kembali mengalami fase penipuan itu
pada awal pukul 00.00 waktu pertama dimulai. Selain mistis pada waktu pagi
berwujud malam itu ia menebarkan isu tentang malam yang menyeramkan, bagaimana
menurutmu? Pernah mendengar isu tentang makhluk lain yang kadang sering muncul
pada waktu tersebut. Entah apa maksudnya itu, yang pasti pagi sedang menebarkan
sandiwaranya kepada semua orang bahwa malam itu memang benar-benar menakutkan.
Tidak
hanya itu, pada pukul-pukul setelah itu pula pagi membuat sebagian orang
menghabiskan waktu istirahat/tidur mereka dengan bergadang. Itu jelas bukan
kebiasaan yang baik jika orang-orang harus berjaga demi memenuhi sandiwara
pagi. Bahkan sampai matahari menjelang datang. Atau ada pula yang membiarkan
waktu siang hari itu untuk tidur. Bagaimana orang rela tidak bisa menikmati
hari yang indah di siang hari demi waktu begadang di kegelapan malam. Itu terkadang
membuat sedih malam saat mereka tidak bisa melihat hari yang begitu indah pada
malam hari yang sesungguhnya.
Pagi
seperti tak pernah bosan bersandiwara. Setelah waktu berlalu dari wujud malam. Kini
pagi meniru lagi sebagai fajar dan subuh. Ada yang tau sebenarnya fajar dan
subuh adalah waktu sama dan selalu berdampingan ketika kita menunggu waktu
jelang wujud pagi yang sebenarnya. Tapi walau demikian, ada keistimewaan di
waktu subuh dimana, itu adalah salah satu waktu yang sangat mulia. Walaupun mungkin
pagi telah berwujud sebagai subuh, tetapi orang-orang tahu begitu indah makna
yang ada pada waktu subuh. Subuh tak ingin waktunya ini digantikan oleh apapun.
Bukan karena sombong atau tak ingin seperti waktu-waktu lainnya. Tetapi jika
kau pahami, begitu besar kemuliaan pada waktu subuh, seperti adzan berkumandang
dimana-mana disetiap penjuru dunia, ayat-ayat suci dilantunkan dengan begitu
khidmat, doa-doa berterbangan meminta harapan dari yang kuasa, dan sebagian
orang yang merasakan subuh itu begitu indah adalah ia yang mencium kemulian
dengan meneteskan air mata diatas alas suci yang kita sebut bersujud. Itulah kenapa
kadang pagi sebenarnya tak tega untuk menipu subuh, karena diwaktu yang begitu
singkat terdapat makna yang begitu mulia. Apakah mungkin pagi ingin merusak
kemuliaan itu?
Hingga
waktu begitu cepat berganti, pagi akhirnya menampakan wujudnya lagi. Kini kita
yang biasa menyebutnya pagi yang sesungguhnya kini telah tiba. Jadi sebenarnya
mana wujud asli dari pagi? Apakah kau tahu? apakah pagi yang kita lihat itu
pagi yang sesungguhnya? Atau yang seperti wujud malam tadi? Yang pasti malam
tak ingin melihat pagi mengaku subuh adalah wujud dari pagi juga. Malam tak
ingin pagi menipu semua waktu yang telah ada pada tempatnya masing-masing, itu adalah
kegelisahan yang diam-diam malam ceritakan pada kita.
Lalu
bagaimana dengan pembelaan pagi terhadap malam, apakah ia terima malam menceritakan
sandiwaranya itu? Apakah pagi benar-benar sedang bersandiwara? Atau memang
malam yang tak tahu sandiwara itu seperti apa? Nanti ku cerita lagi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar