Minggu, 31 Agustus 2014

Di antara Siang dan Malam : “Kegelisahan Malam dan Sandiwara Pagi”

Sesuatu yang tampak terang dari kegelapan hanya ada pada malam hari. Dan mereka bersinar-sinar untuk menutupi gulita yang menyerang malam. Kau tahu, malam sebenarnya takut pada kegelapan. Bukan untuk dipungkiri karena disana mereka tak ingin berselimut dengan kegelisahan.

            Apakah kau tahu filosofi mengapa banyak bintang dan hadirnya bulan di malam hari? Mengapa tidak datang siang atau sore? Dan yang pernah kau lihat atau sedang kau amati mereka bersinar hanya di malam hari. itulah alasan mengapa malam takut pada kegelapan. Bintang-bintang yang mahabesar yang kau anggap kecil, imut, dan indah itu sebenarnya material yang amat besar bahkan melebihi matahari. Hanya saja mereka selalu iba melihat kemurungan malam yang terkadang bersedih. Mereka yang jaraknya bermiliyaran kilo atau bahkan tidak bisa kita talar dengan perhitungan akal manusia biasa, bisa mewakili seberkas cahaya untuk malam, setidaknya setitik cahaya indah yang kita anggap itu bintang dengan lima sudut ruas disekelilingnya. Sungguh menakjubkan bukan?

            Tak hanya bintang-bintang yang menghiasi kegelisahan malam, ada cahaya lembut yang diam diam tersenyum untuk malam di antara titik-titik terang tersebut. Dia terkadang datang saat bintang-bintang itu bertebaran. Kadang berwujud sempurna, kadang hanya sebatas tersenyum tipis. Dialah yang biasa kita bilang sang rembulan. Cahaya yang paling besar dari semua yang ada di malam, itu yang kita anggap demikian bukan ? Padahal rembulan hanya berjarak beberapa kilo saja dari malam, tapi yang membuat kau tertipu adalah ia sebenarnya tak punya cahaya sedikitpun. Kau tau mengapa demikian ? darimana rembulan itu mendapatkan cahaya ? ya, hanya para bintang yang memancarkan cahayanya, dan mereka enggan memberikan cahaya mereka kepada siapapun, termasuk rembulan itu. 

           Tapi ada satu bintang yang tak rela melihatnya gelap, yaitu matahari. Bukan karena iba atau mencintai rembulan itu, tapi matahari itu ingin sekali menerangi malam, ia ingin sekali berada di tengah-tengah kesedihan malam, tapi ia tidak pernah bisa melakukannya, maka dari itu ia memberikan sebagian cahayanya kepada rembulan untuk menerangi malam. Setidaknya matahari bisa melihat malam itu sedikit tersenyum.

            Malam itu kadang terlupakan. Jauh dari pandangan orang-orang. Bagaimana tidak? jika malam punya hati pasti dia akan menangis, dan jika kau pahami mereka memang sedang bersedih. Karena tak selamanya malam itu bahagia. Mereka ingin sekali menangis, tapi ia tak berdaya, bagaimana tidak, air mata pun ia tak memilikinya, maka dari itu, ada yang diam-diam membencinya, mereka selalu datang diam-diam dan perlahan mengagetkan apapun yang memperhatikannya. Itu lah awan hitam. Begitu cepat menutupi sahabat awan putih lainnya, dan menghalangi apapun yang bukan menjadi tujuannya. Kau tahu kenapa? mereka ingin membuat malam itu “ketakutan”.

            Kau tahu apa yang ditakutkan malam, kegelapan. Mereka sengaja menghilangan cahaya-cahaya yang mengelilingi malam. Mereka ingin menunjukan kepada orang-orang bahwa malam itu menakutkan. Mereka dengan cepat menutupi bintang dan rembulan yang tengah asik bersenandung bersama malam, tapi awan hitam itu tak rela jika malam itu bahagia. Kau tahu apa yang akan mereka lakukan? Ya,mereka mengirimkan serdadu hujan yang amat deras dan dingin dan terkadang menghantarkan petir dan Guntur yang menggemuruh seolah membelah dunia. Itu yang sebenarnya tak ingin dialami oleh malam.

            Malam sebenarnya tak ingin membuat takut siapapun yang memuja malam. Ia ingin sekali membuat semua orang bisa menikmati malam, berkumpul bersama keluarga, menikmati indahnya malam bersama kekasih, bersama makhluk indah lainnya berselimutkan malam penuh cahaya. Tapi itu tadi, kadang pemandangan indah itu tiba-tiba saja hilang seketika. Ini bukan kemauan malam ataupun para penikmat malam. Ada yang diam-diam iri pada kebahagian malam, para awan hitam itu bergelut melucuti pesona malam. Dengan sekejap mereka menutupi keindahan malam, bahkan mereka menakuti para penikmat malam dan menghadirkan kesedihan dan kekhawatiran bagi semua orang.

            Kini malam kembali pada kesendiriannya, hening dan berhemuskan angin yang hanya lewat mendinginkan malam. Lagi-lagi kebahagiannya hanya sesaat. Sebenarnya ia masih ingin bersenandung bersama cahaya-cahaya tadi. Tapi ketika itu, lagi-lagi ada sesuatu yang merebut kebahagiannya hingga ia kembali datang, dan begitu seterusnya. Malam tak pernah menyukainya, jauh sebelum ia dipertemukan oleh waktu. Tapi mengapa waktu malah membiarkan keindahan malam direnggut begitu saja, kurasa waktu pun tak berdaya. Karena itu ada alasan kenapa malam tidak pernah menyukainya.

            Inilah alasannya, malam sebenarnya tidak pernah menyukai pagi, apa kau tahu? bisa dibilang malam phobia pada empat huruf yang namanya pagi. Kau tahu mengapa demikian? Bukan hal aneh jika kau bisa mempelajari hal diantara malam dan pagi. Disitulah jawaban dari kegelisahan malam selama ini. Bagi malam, pagi itu bersifat tamak dan suka merengut waktu siapa saja, ia mampu menipu semua orang, kadang kita sendiri sering tertipu olehnya. Orang-orang yang tidak pernah menyukai malam, dia yang sering tertipu oleh pagi. Apakah kau pernah tertipu oleh pagi?. Bagaimana tidak? Coba kau pikirkan? Terkadang kau menganggap pagi itu indah, pagi itu sejuk, pagi itu berseri, pagi itu membuat semua orang terhanyut dalam keindahan, pagi pagi itu bunga bermekaran, burung-burung berkicauan, bersuka ria. Ya, hampir semua orang memang beranggapan demikian, begitu juga dengan kau kah?

            Mari kita pahami pembelaan malam. Pagi memang mampu menipu semua orang, tapi ia tak bisa menipu malam. Kau tau mengapa bintang-bintang dan sang rembulan hanya ada pada malam hari? Itu pertanyaan tadi, tapi inilah faktanya malam. Para cahaya itu memang ada pada malam hari, tetapi saat waktu menghentikan malam, pagi itu dengan sedetik, bahkan sekejap, menghilangkan malam. Kau tahu apa? Pagi mulai menipu sebagian orang, bahkan semua pemuja malam. Pagi dengan santainya merebut keindahan malam, ia membawa para pencahaya itu dan apa? Pagi bersandiwara menjadi malam, ia pura-pura menjadi malam yang gelap gulita, dan itulah awal mula kita menyebutnya tengah malam.

            Ini bukan sosok malam yang kejam, yang kita sebut tengah malam. Dimana pagi bersandiwara menjadi malam dan menakuti para pemuja malam atau bahkan terhanyut dalam tengah malam. Kau tahu apa? Tengah malam yang kau sebut itu, sebenarnya adalah akhir dari malam. Malam tak bisa berbuat apa-apa. Ia sering dianggap waktu mistis oleh orang-orang. Padahal itu adalah pagi, tapi ia berwujud sebagai malam. Itu karena kau tak menyadarinya.

            Mau tidak mau malam pun harus rela dalam perputaran periode yang entah sampai kapan itu akan berakhir. Tapi yang pasti ia akan kembali mengalami fase penipuan itu pada awal pukul 00.00 waktu pertama dimulai. Selain mistis pada waktu pagi berwujud malam itu ia menebarkan isu tentang malam yang menyeramkan, bagaimana menurutmu? Pernah mendengar isu tentang makhluk lain yang kadang sering muncul pada waktu tersebut. Entah apa maksudnya itu, yang pasti pagi sedang menebarkan sandiwaranya kepada semua orang bahwa malam itu memang benar-benar menakutkan.

            Tidak hanya itu, pada pukul-pukul setelah itu pula pagi membuat sebagian orang menghabiskan waktu istirahat/tidur mereka dengan bergadang. Itu jelas bukan kebiasaan yang baik jika orang-orang harus berjaga demi memenuhi sandiwara pagi. Bahkan sampai matahari menjelang datang. Atau ada pula yang membiarkan waktu siang hari itu untuk tidur. Bagaimana orang rela tidak bisa menikmati hari yang indah di siang hari demi waktu begadang di kegelapan malam. Itu terkadang membuat sedih malam saat mereka tidak bisa melihat hari yang begitu indah pada malam hari yang sesungguhnya.

            Pagi seperti tak pernah bosan bersandiwara. Setelah waktu berlalu dari wujud malam. Kini pagi meniru lagi sebagai fajar dan subuh. Ada yang tau sebenarnya fajar dan subuh adalah waktu sama dan selalu berdampingan ketika kita menunggu waktu jelang wujud pagi yang sebenarnya. Tapi walau demikian, ada keistimewaan di waktu subuh dimana, itu adalah salah satu waktu yang sangat mulia. Walaupun mungkin pagi telah berwujud sebagai subuh, tetapi orang-orang tahu begitu indah makna yang ada pada waktu subuh. Subuh tak ingin waktunya ini digantikan oleh apapun. Bukan karena sombong atau tak ingin seperti waktu-waktu lainnya. Tetapi jika kau pahami, begitu besar kemuliaan pada waktu subuh, seperti adzan berkumandang dimana-mana disetiap penjuru dunia, ayat-ayat suci dilantunkan dengan begitu khidmat, doa-doa berterbangan meminta harapan dari yang kuasa, dan sebagian orang yang merasakan subuh itu begitu indah adalah ia yang mencium kemulian dengan meneteskan air mata diatas alas suci yang kita sebut bersujud. Itulah kenapa kadang pagi sebenarnya tak tega untuk menipu subuh, karena diwaktu yang begitu singkat terdapat makna yang begitu mulia. Apakah mungkin pagi ingin merusak kemuliaan itu?

            Hingga waktu begitu cepat berganti, pagi akhirnya menampakan wujudnya lagi. Kini kita yang biasa menyebutnya pagi yang sesungguhnya kini telah tiba. Jadi sebenarnya mana wujud asli dari pagi? Apakah kau tahu? apakah pagi yang kita lihat itu pagi yang sesungguhnya? Atau yang seperti wujud malam tadi? Yang pasti malam tak ingin melihat pagi mengaku subuh adalah wujud dari pagi juga. Malam tak ingin pagi menipu semua waktu yang telah ada pada tempatnya masing-masing, itu adalah kegelisahan yang diam-diam malam ceritakan pada kita.



            Lalu bagaimana dengan pembelaan pagi terhadap malam, apakah ia terima malam menceritakan sandiwaranya itu? Apakah pagi benar-benar sedang bersandiwara? Atau memang malam yang tak tahu sandiwara itu seperti apa? Nanti ku cerita lagi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar